BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma
menyerang 5-7% populasi di Eropa dan Amerika Utara. Penyakit ini ditandai oleh
sesak napas berulang, mengi, atau batuk akibat penyempitan saluran napas yang
reversible. Penyebab utama peningkatan resistensi saluran napas adalah
kontraksi sel-sel otot polos akibat hipersensitivitas terhadap berbagai stimuli
seperti udara dingin, asap, olahraga, dan emosi, selain antigen. Penebalan
saluran napas karena edema infiltrate seluler, selain penyumbatan saluran napas
oleh mucus dan secret, juga membantu menimbulkan penyempitan. Mengi bukan tanda
yang esensial
(
David Rubenstein, 2005 )
Asma
adalah suatu kelainan berupa inflamasi kronik selama pernapasan yang
menyebabkan sensitifnya trachea dan cabang-cabangnya (hiperaktifitas bronkus)
terhadap berbagai rangsangan. Rangsangan ini dapat menimbulkan obstruksi
saluran napas yang menyeluruh dengan derajat yang bervariasi dan dapat membaik
dengan atau tanpa di obati. Pada kelainan ini berparan berbagai sel inflamasi
antar lain sel mast dan eosinofil.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Angka
kejadian asma bervariasi diberbagai Negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa
penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obat
asma banyak dikembangkan. Di Negara maju angka kesakitan dan kematian karena
asma juga terlihat meningkat. Tanggal 4 mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiative In Asthma (GINA) sebagai
World Asthma Day (hari asma sedunia).
Menurut WHO, penyandang asma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini
diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang pertahun.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Dinegara
tetangga seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Singaapura,
bronchitis, emfisema dan asma merupakan penyebab kematian kedelapan. Penelitian
di Amerika serikat mendapatkan prevalensi asma sebesar 4,1 %, sementara laporan
dari Taiwan menunjukkan angka 6,2 %.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
National Health Interview Survey di Amerika Serikat
memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri itu mengidap
bronchitis kronik, lebih dari 2 juta orang penderita emfisema dan setidaknya
6,5 juta orang menderita salah satu bentuk asma. Ditahun 1981 di Amerika
Serikat dilaporkan ada 60 ribu kematian akibat PPOM dan keadaan yang
berhubungan dengannya. Laporan WHO dalam World
Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4 %
dari seluruh kematian didunia, masing-masing infeksi paru 7,2 %, PPOK 4,8 %,
tuberculosis 3,0 %, kanker paru / trachea / bronkus 2,1 %, dan asma 0,3 %.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Peningkatan
penderita asma bronkhial juga terjadi di Indonesia, penelitian pada anak
sekolah usia 13-14tahun dengan menggunakan questioner
ISAC (International study on asthma and allergy in children). Tahun 1995
menunjukkan prevalensi asma masih 2,1 %, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua
kali lipat lebih yakni 5,2 %.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Asma
terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Imunology
tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami
batuk malam dalam sebulan terakhir, bahkan 28,3 % penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak
sekali dalam seminggu.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
B.
Tujuan.
1. Tujuan umum
Askep
ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas
praktek di rumah sakit islam pekajangan. Diharapkan setelah membaca makalah ini
mahasiswa dapat mengetahui lebih dalam tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Asma.
2. Tujuan untuk mahasiswa
Diharapkan
setelah membaca askep ini mahasiswa dapat:
a. Mengetahui apa saja
pengkajian yang dilakukan pada klien dengan asma
b. Mengetahui diagnose
keperawatan yang muncul berdasarkan manifestasi klinis
c. Mengetahui intervensi
keperawatan pada klien berdasarkan diagnose keperawatan.
d. Mengetahui implementasi
keperawatan pada klien dengan asma
e. Mengetahui solusi
evaluasi keperawatan berdasarkan
diagnose keperawatan.
3. Tujuan untuk pasien
Agar
pasien mengetahui bagaimana cara penanganan, dan pencegahan penyakit asma,
sehingga pasien bisa meminimalisir terjadinya komplikasi penyakit yang lebih
parah dan masalah pasien teratasi dan sembuh.
BAB
II
TINJAUAN MEDIS
A. Anatomi dan Fisiologi
1.
Anatomi
system pernapasan
a. Hidung
Hidung
merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara yang melewati rongga
hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara akan
terjebak dalam lendir, silia pada lapisan mukosa secara kontinu menyapu lendir
kearah akan dihancurkan oleh asam hidroklorida dalam getah lambung.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
b. Faring
Faring
adalah tuba muscular yang tertletak di posterior rongga nasal dan oral dan di
anterior vertebra servikalis. Faring dibagi menjadi 3 segmen yaitu nasofaring,
orofaring dan laringofaring.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
c. Laring
Laring sering disebut kotak
suara, nama yang menunujukkan salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah
saluran pendek yang menghubungkan faring dan trachea. Laring memungkinkan udara
mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke
dalam trachea.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
d. Trachea
Trachea adalah saluran udara
tubular yang mempunyai panjang sekitar 10-13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm.
trachea memanjang dari laring kearah bawah kedalam rongga toraks tempatnya
terbagi menjadi bronchi kanan dan kiri. Bagian dalam trachea dilapisi oleh
membrane mukosa bersilia. Seperti halnya pada laring, silia pada trachea juga
menyapu kearah atas mengarah ke faring. Ketika mencapai faring, mucus biasanya
tertelan atau dikeluarkan sebagai sputum.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
e. Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trachea membagi
menjadi bronchi primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Di
dalam paru-paru masing-masing bronchus primer memanjang dari trachea kearah
paru-paru membentuk cabang menjadi bronchus sekunder kemudian menjalar yang
makin lama makin kecil, percabangan paling kecil disebut bronkhiolus.
Bronkhiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli. Fungsi
percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trachea dan
alveoli. Fungsi alveoli adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas
antara lingkungan eksternal dan aliran darah.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
f.
Paru-paru
Paru –paru terletak di kedua
sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar
iga. Fungsi paru-paru adalah tempat terjadinga pertukaran gas antara udara
atmosfer dan udara dalam aliran darah.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
2.
Fisiologi
pernapasan
Secara fungsional, system
pernafasan terdiri atas rangkaian proses yang terintegrasi yang mencakup
ventilasi pulmonal, pertukaran gas dalam paru-paru dan jaringan, transport gas
oleh darah, dan regulasi pernafasan secara keseluruhan.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
a.
Ventilasi
pulmonal
Udara mengalir masuk dan
keluar dari paru-paru dengan dasar hukum yang sama seperti cairan, yaitu
mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya perbedaan tekanan.
Ventilasi pulmonal terdiri dari fase inspirasi dan ekspirasi. Proses inspirasi
terjadi sebagai berikut, diafragma berkontraksi, bergerak kearah bawah dan
mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta menarik iga
ke atas dan keluar, yang mengembangkan rongga dada kearah samping kiri dan
kanan serta ke depan dan belakang. Dengan mengembangnya rongga dada, pleura
parietal ikut mengembang sehingga tekanan intrapleural menjadi makin negative
dan mengembangkan paru-paru. Dengan mengembangnya paru-paru tekanan
intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer, dan udara mengalir memasuki
saluran pernafasan. Sedangkan proses ekspirasi dimulai ketika diafragma dan
otot-otot interkosta rileks. Karena rongga dad menjadi lebih sempit, paru-paru
terdesak, dan jaringan ikat elastiknya mengerut dan juga mendesak alveoli
dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal diatas tekanan atmosfer udar didorong
keluar paru-paru sampai kedua tekanan sama kembali.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
b.
Volume
pulmonal
·
Volume
Tidal : jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan ekshalasi
normal (500 ml).
·
Minute
Respiratory Volume (MRV) : jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan dalam satu
menit.
·
Inspiratory
Reserve : jumlah udara diluar volume tidal yang dapat diambil dengan inhalasi
sedalam mungkin (2000-3000 ml).
·
Expiratory
Reserve : jumlah udara diluar volume tidal yang dapat dikeluarkan dengan
ekshalasi yang paling kuat (1000-1500 ml).
·
Vital
Capasity : jumlah udara yang terlibat dalam inhalasi paling dalam diikuti
dengan ekshalasi yang paling kuat (3500-5000 ml).
·
Residual
Volume : jumlah udara yang tetap berada didalam paru-paru setelah ekshalasi
paling kuat (1000-1500 ml).
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
c.
Pertukaran
gas pulmonal
Pertukaran gas mencakup dua
proses yang independent, pernafasan internal yaitu pertukaran gas antara
alveoli dengan aliran darah dan pernafasan eksternal yaitu pertukaran gas antar
kapiler dalam tubuh dengan sel-sel tubuh.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
d.
Transport
gas dalam darah
Sebagian besar oksigen yang
diangkut dalam darah berikatan dengan hemoglobin. Ikatan oksigen hemoglobin dibentuk
dalam paru-paru dimana PO2 tinggi. Ikatan ini relative tak stabil,
dan ketika darah melewati jaringan dengan PO2 yang rendah, ikatan
tersebut pecah, dan oksigen dilepaskan kedalam jaringan.
(Niluh
Gede Yasmin : 2003)
B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas
saluran napas yang sangat mudah bereaksi terhadap rangsangan atau pencetus
dengan manifestasi klinis berupa serangan asma.
(Ngastiyah, 2005 : 82)
Asma adalah suatu
gangguan pada saluran bronkhial yang mempunyai ciri bronkhospasme periodik
(kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan
trakheobronkheal yang dapat di akibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh
factor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
(Somantri,
Irman 2009)
Asma merupakan
penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan yang berhubungan dengan
hiperresponsif keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala
pernafasan.
(Sudoyo, 2009)
Dari berbagai
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asma merupakan penyakit saluran
pernapasan yang dapat diakibatkan oleh factor biokemikal, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi dengan gejala klinis berupa sesak napas.
2. Etiologi
a. Allergen utama, seperti debu
rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan.
b. Iritan seperti asap,
bau-bauan, dan polutan.
c. Infeksi saluran napas
terutama yang disebabkan oleh virus.
d. Perubahan cuaca yang ekstrem.
e. Kegiatan jasmani yang
berlebihan.
f. Lingkungan kerja.
g. Obat-obatan.
h. Emosi.
i. Lain-lain seperti refluks
gastroesofagus.
( Irman Somantri, 2009 )
3. Manifestasi Klinis
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi
d. Pengginaan otot-otot aksesori
pernapasan
e. Sianosis
f. Hipoksia
g. Banyak berkeringat
h. Takikardi
i. Pelebaran tekanan nadi
( smeltzer,2001 )
4. Derajat asma
a. Intermiten
-
Serangan
asma pada siang hari terjadi 2x/minggu atau kurang
-
Serangan
asma pada malam hari terjadi 2x/bulan atau kurang
-
Tidak
ada gejala antar serangan
-
Fungsi
paru normal
b. Persisten ringan
-
Gejala
asma lebih dari 2x/minggu namun tidak lebih dari sekali sehari
-
Serangan
asma pada malam hari terjadi lebih dari 2x/bulan
-
Serangan
asma mem[pengaruhi aktivitas sehari-hari
c. Persisten sedang
-
Gejala
asma muncul setiap hari
-
Serangan
asma pada malam hari terjadi lebih dari sekali sebulan
-
Serangan
asma mempengaruhi aktivitas sehari-hari
d. Persisten berat
-
Serangan
asma hamper sepanjang hari
-
Tidur
malam sering terganggu
-
Aktivitas
fisik terbatas
(MIMS Petunjuk
Konsultasi,2008/2009)
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : jumlah
eosinofil darah dan sputum, foto thorak, spirometri, uji tusuk kulit ( skin pricktest / SPT ), uji
bronkodilator atas indikasi, uji provokasi bronkus atas indikasi, analisis gas
darah atas indikasi.
b. Rontgen thoraks wajib
dilakukan untuk menyingkirkan pneumothorak.
( PDSPDI, 2008 )
6. Komplikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumotoraks
c. Asidposis respiratorik
d. Kegagalan pernapasan
e. Kematian
( Corwin,2000
)
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan terhadap pemajanan
allergen
b. Memantau ventilasi secara
berkala terutama saat puncak serangan asma. Apabila diamati adanya penurunan
bermakna volume ekspirasi maksimum atau kecepatan aliran ekspirasi, maka
intervensi farmakologis dapat segera dimulai tanpa menunggu serangan timbul.
c. Pemakaian obat-obat anti
inflamasi pada permulaan serangan atau sebagai terapi pencegahan. Steroid
inhalasi menghentikan rangkaian proses peradangan. Obat-obat yang menstabilkan
sel-sel mast sekarang juga digunakan untuk mencegah serangan asma.
d. Intervensi perilaku, yang
ditujukan untuk menenangkan pasien agar rangsangan parasimpatis ke jalan napas
berkurang. Membantu menghentikan pasien yang menangis memungkinkan udara yang
keluar masuk paru melambat dan dapat dihangatkan sehingga rangsangan terhadap
jalan napas berkurang.
e. Intervensi farmakologis
selama serangan akut mencakup inhalasi obat-obat simpatis B2.
Obat-obat ini terbukti melemaskan jalan napas dan meningkatkan ventilasi.
f.
Golongan
metal-xantin juga menghilangkan spasme
g. Obat-obat anti kolenergik
dapat diberikan untuk mengurangi efek parasimpatis sehingga melemaskan otot polos
bronkeolus
h.
Antihistamin
diberikan untuk mengurangi peradangan
( Corwin,2000 )
C. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan
napas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang
mengelilingi bronchi yang menyempitkan jalan napas, pembengkakan membrane yang
melapisi bronchi, dan pengisian bronchi dengan mucus yang kental. Selain itu,
otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam
jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa
yang paling diketahui adalah keterbatasan system imunologis dan system saraf
otonom.
( smeltzer,2001 )
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun
yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibody yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen dengan
antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast seperti histamine,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi ototpolos dan
kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membrane mukosa,
dan pembentukan mucus yang sangat banyak.
( smeltzer,2001 )
Sostem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot
bronkhial diatur oleh impuls saraf vagal melalui system parasimpatis. Pada asma
idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh
factor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah
asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator
kimiawi. Individu dengan asma dapat
mempunyai toleransi rendah terhadap trespons parasimpatis.
( smeltzer,2001 )
Selain itu reseptor alfa dan beta adrenergic dari
system saraf simpatis terletak dalam
bronchi. Ketika reseptor alfa adrenergic dirangsang, terjadi bronkokonstriksi
,bronkodilatasi terjadi ketika resptor beta adrenergic yang dirangsang.
Keseimbangan antara reseptor alfa dan beta adrenergic dikendalikan terutama
oleh siklik adenosit monofosfat(cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan
penurunan cAMP. Yang ,mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskn
oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor-beta mengakibatkan
peningkatan tingkat Camp, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan
menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang dilanjutkan adalah bahwa penyekatan beta
adrenergic terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos.
(
Smeltzer,2001)
Pencetus
serangan
(alergen,
emosi/stress, obat-obatan, dan infeksi)
(
|
Reaksi antigen
dan antibodi
|
Dikeluarkannya substansi vasoaktif
(histamine, bradikinin,
dan anafilatoksin)
|
Permeabilitas
kapiler
|
Kontraksi Otot
Polos
|
Sekresi mukus
meningkat
|
BAB
III
PROSES
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
pasien
a. Data
demografi
1.) Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 70 tahun
Jenis
kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kwagean Rt 08/02, Wonopringgo
Status : Menikah
Tanggal
masuk : 6 November 2011
Tanggal
pengkajian : 9 November
2011
No.
registrasi : 80487
Diagnose
medis :
Asma
2.) Penanggung
jawab
Nama : Tn. C
Alamat : Kwagean, Wonopringgo
Pekerjaan : Buruh
Jenis
kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
b. Factor
social ekonomi
Klien mengatakan didalam masyarakat
hanya menjadi warga yang ikut serta dalam kegiatan masyarakat. Klien mengatakan
dalam segi ekonomi klien telah dibantu oleh anak beliau.
c. Factor
lingkungan
Keadaan lingkungan klien cukup bersih,
keluarga selalu senantiasa membersihkan lingkungan sekitar.
2. Riwayat
kesehatan
a. Riwayat
penyakit sekarang
Klien datang dengan keluhan nyeri dada
sebelah kanan dan kiri yang dirasakan sejak kemarin pagi. Klien mengeluh sesak
napas dan batuk ngikil terutama dimalam hari, sering terbangun dimalam hari dan
merasa mual saat makan. Pada saat pengkajian tanggal 9 November 2011 jam 07.30
WIB, ditemukan data:
Ds :
-
Klien mengatakan nyeri dada sebelah
kanan dan kiri
-
Klien mengeluh sesak napas dan demam
-
Klien mengeluh batuk ngikil terutama
dimalam hari
-
Klien mengatakan mual saat makan
-
Klien mengatakan sering terbangun
dimalam hari
Do :
-
TD :
150/90 mmHg
-
T :
39,5oC
-
N :
76x/menit
-
RR :
28x/menit
-
Tingkat kesadaran compos mentis
-
Turgor kulit tidak elastic
-
Klien tampak menahan nyeri
-
Selama sakit makan 3x/hari, dan habis ½
porsi setiap makan
-
Terdapat lingkar gelap disekitar mata
b. Riwayat
penyakit dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat
penyakit jantung, prostat, dan TB. Riwayat pengobatan TB telah diselesaikan
setahun yang lalu.
c. Keluhan
utama : Nyeri dada
P :
Nyeri dada dirasakan karena sesak napas dan batuk
Q :
Nyeri seperti ditekan
R :
Dada kanan dan kiri
S :
Skala nyeri 6
T :
Muncul tiba-tiba terutama saat aktivitas dan malam hari.
d. Riwayat
kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
seperti ini.
X
|
X
|
70 th
|
th
|
: Perempuan
: Meninggal
…………. : Tinggal
serumah
3. Pola
kesehatan fungsional Gordon
a. Pola
penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Klien mengatakan bila mengalami sakit
akan berobat ke dokter. Klien juga mengatakan telah selesai program penyembuhan
TB setahun yang lalu.
b. Pola
nutrisi metabolic
Klien mengatakan nafsu makan tetap ada
namun mual. Sebelum sakit klien makan 3x sehari dan minum 6-7 gelas /hari,
selama sakit klien makan 3x sehari dan hanya habis ½ porsi tiap kali makan dan
hanya minum 3-4 gelas /hari.
BB sebelum sakit : 60 kg
BB selama sakit : 58 kg
c. Pola
eliminasi
BAB
Sebelum sakit
Frekuensi : 2x/hari
Warna : Kekuningan
Konsistensi : Lunak
Saat sakit
Frekuensi : 1x/hari
Warna : Kuning
Konsistensi : Lunak
BAK
Sebelum sakit
Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : Kuning
Bau : Khas urin
Saat
sakit
Frekuensi : 2-3x/hari
Warna : Kuning
Bau : Khas urin
d. Pola
aktivitas dan latihan
Klien mengatakan sebelum sakit
melakukan kegiatan sehari-hari seperti berpakaian, mandi, dilakukan sendiri.
Selama sakit klien dibantu oleh keluarga seperti berpakaian, mandi, dan
eliminasi.
e. Pola
tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien mengatakan tidur
malam 7-8jam, tidur siang 1 jam, masalah tidak ada. Selama sakit
klienmengatakan tidur malam 2 jam, tidur siang 3 jam, dan sering terbangun
karena batuk dan sesak napas.
f.
Pola presepsi konsep diri
Ds : Klien menganggap bahwa sakit yang di
deritanya adalah cobaan, klien menerima sakit
yang dideritanya namun klirn tetap berusaha untuk kesembuhannya.
Do : Sikap
terhadap diri : baik
Ekspresi
wajah : cemas
Dampak
sakit terhadap diri :tidak dapat
melaksanakan aktivitas mandiri.
g. Pola
kognitif – preseptual keadekuatan alat sensori
Do :
-
Pola penglihatan, penciuman, dan
pengecapan baik
-
Saat klien dipanggil, klien menengok
dan saat klien ditanya klien menjawab dengan baik (pendengaran).
-
Dapat mengenali orang lain, waktu,
tempat dengan baik.
h. Pola
peran dan tanggung jawab
Klien mengatakan hubungan dengan
keluarga baik, klien berperan sebagai kepala rumah tangga. karena sakit dan
dirawat di RS klien tidak dapat menjalankan perannya.
i.
Pola seksual reproduksi
Klien mengatakan telah menikah dan
mempunyai 3 orang anak.
j.
Pola koping dan toleransi stress
-
Stressor : penyakitnya (
asma )
-
Metode koping yang digunakan : posisi fowler dan berdoa
-
System pendukung : keluarga
-
Ekspresi : cemas
k. pola
nilai dan keyakinan
-
Agama :
Islam
-
Kegiatan keagamaan : klien selalu berdoa dan selalu beribadah
kepada Allah dan saat sakit dibantu oleh
keluarga.
4. Pemeriksaan
fisik
a. Penampilan
umum
GCS
Respon eyes : 4
Respon motorik : 6
Respon verbal : 5
Tingkat kesadaran : compos mentis (sadar penuh)
Pupil : isokor
Reflek cahaya : ada
b. Vital
sign
TD : 150/90 mmHg
T : 39,5oC
Nadi : 76x/menit
RR : 28x/menit
c. Pemeriksaan
fisik
1) Kepala
dan leher
Kepala
Inspeksi : rambut beruban, tidak
rontok, distribusi rambut rata,bentuk
kepala oval
Palpasi
: tidak ada benjolan dan tidak
ada luka
Leher
Inspeksi : tidak ada
distensi vena jugularis
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
2) Mata
Inspeksi : pupil isokor, ada lingkaran
gelap disekitar mata
3) Telinga
Inspeksi :
daun telinga tidak ada lesi, pendengaran masih normal.
4) Hidung
Inspeksi :
bentuk hidung simetris, masih ada bulu hidung, penggunaan cuping hidung
5) Mulut
dan tenggorokan
Inspeksi :
tidak ada pembesaran tonsil,mukosa mulut kering, lidah tidak kotor
6) Kulit
Inspeksi
: kulit tampak kering dan
tidak ada lesi
Palpasi
: turgor kulit tidak
elastic
7) Dada
(paru, jantung)
Auskultasi :
terdengar bunyi ronkhi di kedua paru
Palpasi : getaran antara dada sebelah
kanan dan kiri sama saat dilakukan taktil fremitus
Perkusi : pekak
Inspeksi : tampak ictus cordis, dada
simetris, pergerakan dada sebelah kanan dan kiri sama saat bernafas
8) Abdomen
Inspeksi :
perut tidak asites, tidak ada lesi
Auskultasi : suara bising usus 25x / menit
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
Perkusi : bunyi perkusi normal
9) Ekstrimitas
atas
Inspeksi : terpasang infus pada tangan
kanan dan tidak terdapat jari tabuh, tidak sianosis
Kekuatan
otot : masih baik ( mampu menahan
tekanan yang diberikan)
10) Ekstremitas
bawah
Inspeksi
: jari-jari kuku bersih, tidak
terdapat jari tabuh, tidak sianosis
Kekuatan
otot : masih baik (mampu menahan tekanan
yang diberikan)
11) Persyarafan
Kesadaran
( E:4, M:6, V:5)
Kesadaran
umum : compos mentis ( sadar penuh)
5. Prosedur
diagnostic
Prosedur
diagnostic
|
Tgl
periksa
|
Indikasi
tujuan
|
Hasil
|
Nilai
normal
|
Analisa
|
Darah
rutin
HB
Lekosit
Trombosit
Hematokrit
LED
1 jam
LED
2 jam
Eosinofil
Basofil
Nefrofil
Batang
Nefrofil
Segmen
Limfosit
Monosit
Cholesterol
TG
UA
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
|
07/11/11
|
Untuk
mengetahui komposisi darah
|
10,0
15.700
173.000
31
110
112
0
0
0
95
4
1
153
118
7,7
36,8
1,63
31,2
26,2
|
14-18
Gr/dl
4800-10.800/ul
150.000-450.000
42-52%
0-10mm
0-10mm
1-4%
0-1%
2-5%
36-66%
22-40%
4-8%
0-220mg/dl
0-150mg/dl
L=3,4-7,0
P=2,4-5,7
10-50mg/dl
0,6-1,1mg/dl
0-37u/l
0-42u/l
|
Menurun,
Dapat
disebabkan oleh obat-obatan, misalnya: antibiotic, aspirin, antineoplastik
(obat kanker), indometasis, sulfonamida, primaquin, rimafpin, dan
trimetadion.
Meningkat,
Menunjukkan
adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya: pneumonia, meningitis,
apendiksitis, tuberculosis.
Dapat
juga disebabkan karena obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainamid,
alopurinol, sulfonamide, heparin, epinefrin, dan antibiotic terutama
ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisillin, dan streptomycin.
Normal,
merupakan klmponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan
berfungsi dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/Mcl
berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.
Menurun,
terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia,
gagal ginjal kronik, serosis hepatis, malnutrisi, defisiensi vitamin B dan C.
Meningkat,
LED
dipakai sebagai sarana pemantauan, keberhasilan terapi, perjalanan peenyakit
kronis misalnya: arthritis reumathoid, TBC. Peningkatan LED biasanya terjadi
akibat peningkatan kadar globulin dan fibrinogen karena infeksi akut, infeksi
kronis. Peningkatan LED terjadi pada arthritis reumathoid, infark miokard
akut, kanker (lambung, colon, dan ginjal.
Menurun,
Ditemukan
pada hiperfungsi pada adrenokortikal, stress, shock, dan luka bakar.
Normal,
merupakan lekosit yang intinya terdapat granula yang besar menyerupai huruf
s, dan merupakan 0,5 – 1 % dari jumlah seluruh lekosit.
Menurun,
neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, agranulasi, anemia.
Meningkat,
biasanya pada kasus infeksi akut, penyakit radang, kerusakan jaringan,
Hemolitik
pada bayi baru lahir, dan penurunan pancreatitis akut.
Menurun,
terdapat pada penderita kanker,
leukemia, hiperfungsi adrenokortikal, anemia aplastik.
Menurun,
Terdapat
pada leukemia limposit, dan anemia aplastik.
Normal,
merupakan lemak darah yang disintesis di hati, serta ditemukan dalam sel
darah merag, membrane sel dan otot.
Normal,
merupakan lemak darah dibentuk oleh esferifikasi gliserol dan tiga asam lemak
yang dibawa oleh lipoprotein serum.
Meningkat
Normal
Meningkat
Normal
Normal
|
6. Analisa
Data
a. Pengelompokan
Data
Data Subjektif
-
Klien mengatakan nyeri dada sebelah
kanan dan kiri
-
Klien mengeluh sesak napas
-
Klien mengeluh batuk ngikil terutama
dimalam hari
-
Klien mengatakan mual saat makan
-
Klien mengatakan sering terbangun
dimalam hari
-
Klien mengatakan dalam beraktifitas
dibantu keluarga
-
Klien mengatakan demam
Data Objektif
-
TD :
150/90 mmHg
-
T :
39,5oC
-
N :
76x/menit
-
RR :
28x/menit
-
Turgor kulit tidak elastic
-
Kulit tampak kering
-
Klien tampak menahan nyeri
-
Selama sakit makan 3x/hari, dan habis ½
porsi setiap makan
-
Terdapat lingkar gelap disekitar mata
-
Mukosa mulut kering
-
Terdengar suara bising usus 25x / menit
-
BB sebelum sakit : 60 kg
-
BB selama sakit : 58 kg
-
Klien tampak lemas
-
HB : 10 gr/dl
-
Terdengar bunyi ronkhi di kedua paru
-
Klien hanya minum 3-4 gelas/hari selama
sakit.
a. Analisa data
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
Ds :
- Klien mengatakan sesak napas
- klien mengeluh batuk ngikil terutama
di malam hari
Do :
- RR 28x / menit
- klien tampak lemas
- terdengar bunyi ronkhi dikedua paru
- Hb : 10gr/dl
Ds:
- klien mengeluh batuk ngikil
terutama di malam hari
- klien mengatakan nyeri dada di
sebelah kanan dan kiri
Do:
- klien tampak lemas
- TD : 150/90 mmHg
- RR: 28x/menit
- N : 76x/menit
- klien tampak menahan nyeri
Ds : klien mengatakan demam
Do :
- klien tampak lemas
- suhu 39,50C
- kulit tampak kering
- mukosa mulut kering
- klien hanya minum 3-4 gelas/hari
selama sakit
Ds :
- Klien mengatakan sesak napas
- klien mengeluh batuk ngikil
terutama di malam hari
- klien mengatakan sering terbangun
di malam hari
Do :
ada lingkar gelap di sekitar mata
Ds :
klien mengeluh mual saat makan
Do :
- makan 3x / hari,habis ½ porsi setiap makan
- turgor kulit tidak elastis
- klien tampak lemas
- N : 76x / menit
- ada bising usus 25x/menit
- BB sebelum sakit 60 kg
- BB selama sakit 58 kg
- mukosa mulut kering
|
-
ketidak efektifan pola napas
-
nyeri
-
hipertemi
-
gangguan pola tidur
-
resiko gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
-
kurangnya suplai oksigen
-
adanya sesak nafas dan batuk
-
dehidrasi
-
adanya sesak nafas dan batuk
-
mual
|
B. Diagnosa
keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan kurangnya suplai oksigen
2.
Nyeri berhubungan dengan adanya sesak
nafas dan batuk
3.
Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
4.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya
sesak nafas dan batuk
5.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
C.
Perencanaan
Dx
kep
|
Penjelasan
keilmuan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Ketidak
efektifan pola napas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen
Nyeri
berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk
Hipertermi
berhubungan dengan dehidrasi
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
|
Suatu
keadaan individu mengalami sesak napas , nyeri dada
Suatu
keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam
berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya.
Suatu
keadaan individu mengalami temperature >37oC
Suatu
keadaan dimana individu tidak dapat memenuhi kebutuhan istirahat dalam tidur
karena gangguan ketidakefektifan pola napas
Suatu
keadaan ketika individu mengalami/ beresiko penurunan BB
.
|
.jangka
pendek setelah dilakukan tindakan kep. Selama 1 x 24 jam pola napas klien
kembali. Dengan KH :
-irama
, frekuensi dan kedalaman pernapasan berada dalam normal
.jangka
panjang setelah dilakukan tindakan kep. Selama 3 x 24 jam klien akan
mengalami pola napas normal dan bunyi napas terdengar jelas
Jangka
pendek: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam klien
melaporkan nyeri hilang atau terkontrol dengan criteria hasil :
-klien
tampak rileks
-skala
nyeri 3
-TD120/80mmHg
-RR
12-24x/menit
Jangka
Panjang : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam klien
melaporkan nyeri hilang, dengan criteria hasil :
-klien
tampak rileks
-skala
nyeri 0
-TD
120/80mmHg
-RR
12-24X/menit
-Nadi
60-100x/menit
.jangka
pendek setelah dilakukan tindakan kep selama 1 x 24 jam suhu badan klien
turun dengan KH :
-T:
36-37 oC
-badan
klien tidak panas
.jangka
panjang setelah dilakukan tindakan kep klien akan tidak panas lagi , suhu
normal.
Jangka pendek :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam klien dapat tidur dimalam hari dengan criteria
hasil :
-tidur malam 6-8 jam
-tidur tidak sering terbangun
Jangka panjang :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam klien dapat tidur dengan nyenyak dengan criteria
hasil :
-merasa nyaman dengan tidurnya
-kebutuhan tidur dapat terpenuhi
-bebas
dari gangguan ketidaknyamana
Jangka
pendek:
Setelah
dilakukan tindakan kep.selama 1x24 jam klien tidak mual lagi dengan criteria
hasil: Klien makan sesuai dengan porsi
diit.
Jangka Panjang: Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan
criteria hasil: klien tidak lemas, turgor kulit baik.
|
identifikasi
factor penyebab
kaji
fungsi pernapasan , dispnea , sianosis , dan perubahan TTV
atur
posisi fowler dan miring pada sisi sakit
Dorong klien untuk melaporkan nyeri
Kaji laporan nyeri,catat lokasi, durasi, intensitas,
selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
Jelaskan penyebab nyeri
Ajarkan tindakan pereda nyeri noninfasif : relaksasi
anjuran banyak minum 2000ml/hr
anjurkan menggunakan pakaian yang longgar dan tipis
pantau TTV
beri kompres hangat
anjurkan perlunya menghindari alcohol dan banyak makan
selama cuaca panas.
-kaji masalah gangguan tidur, karakteristik dan penyebab
kurang tidur
-anjurkan makan yang cukup 1 jam sebelum tidur.
-pastikan tempat tidur yang nyaman dan bersih
-beri bantuan oksigen
Kaji kebiasaan diit, masukan makanan saat ini
Identifikasi factor yang menyebabkan mual
Auskultasi bising usus
Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin
Anjurkan klien untuk makan porsi kecil tapi sering
Sajikan makanan dalam kondisi hangat
Ajarkan dan berikan kebersihan oral
Kolaborasi berikan nutrisi parenteral, terapi IV sesuai
indikasi, infus RL 20tpm.
|
menentukan jenis gangguan dan dapat mengambil keputusan
distress pernapasan dan perubahan TTV dapat terjadi akibat
stress fisiologi dan nyeri dapat menunjukan terjadinya syok akibat hipoksia
posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan mengupayakan
penurunan napas
mencegah terjadinya dehidrasi
mencoba untuk mentoleransi nyeri daripada meminta
analgesik
perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan
penyebaran penyakit
untuk mengurangi adanya kurang pengetahuan bertujuan
mempercepat proses penyembuhan
untuk mengurangi atau menurunkan ketegangan otot-otot
rangka yang dapat menurunkan intensitas nyeri
mencegah terjadinya dehidrasi
pakaian dapat membantu menyerap keringat
mengetahui adanya penurunan / peningkatan panas
kompres hangat dapat memberikan informasi pada pusat
pengatur suhu di otak bahwa suhu sekitar sedang hangat sehingga suhu tubuh
segera diturunkan
mempercepat proses penyembuhan
Mempermudah menangani gangguan tidur.
meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
meningkatkan kenyamanan
mengurangi sesak napas dimalam hari.
Beberapa makanan dapat mencetuskan rasa mual
Untuk mempermudah mengurangi mual
Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukan penurunan motilitas
gaster
Suhu extrim dapat mencetuskan atau meningkatkan spasme
batuk
Memenuhi kebutuhan nutrisi
menurunkan mual
mulut yang bersih dapat meningkatkan energy untuk makan
program ini untuk memberikan nutrisi penting
|
D. Implementasi
1. Implementasi
keperawatan
Tanggal
Jam
|
No.Dx
|
Implementasi / tindakan
|
Respon
|
Paraf
|
Rabu
9-Nov-2011
07.30
07.30
08.00
08.00
10.00
11.00
10.00
10.30
12.00
13.00
11.30
13.30
13.30
11.45
11.45
11.45
12.00
13.45
kamis
10-Nov-2011
08.00
09.00
11.00
09.00
12.00
11.30
13.00
12.00
12.30
13.45
jumat
11-Nov-2011
08.00
09.00
11.00
09.00
13.00
12.00
13.45
|
1
1
1
1
2
1,3
2
2
3
3
3
4
4
5
5
5
5
5
1
1
1,3
2
3
3
4
5
5
5
1
1
1
2
4
5
5
|
-mengidentifikasi factor penyebab
sesak napas
mengatur
posisi klien semi fowler
memberikan
terapi O2 3 liter/menit
-memberikan
injeksi cefotaxime1gr
-memberikan
terapi obat etaphillyne 250 mg
mengkaji
nyeri
-monitor
tanda-tanda vital klien
-menjelaskan
penyebab nyeri
mengajarkan
teknik relaksasi
menganjurkan
pasien untuk banyak minum
-menganjurkan
klien untuk menggunakan pakaian longgar dan tipis
memberikan
kompres hangat
mengkaji
penyebab gangguan tidur
memastikan
tempat tidur yang nyaman dan bersih
mengkaji
kebiasaan diit
-observasi
keadaan umum klien dan mengkaji klien
mengidentifikasi
factor yang menyebabkan mual
auskultasi
bising usus
menganjurkan
klien untuk makan dalam porsi kecil namun sering
memonitor tetesan infuse
-memberikan
injeksi cefotaxime1gr
-memberikan
terapi obat etaphillyne 250 mg
-mengatur
posisi klien semi fowler
-monitor
tanda-tanda vital
mengajarkan
teknik relaksasi
menganjurkan
pasien untuk banyak minum
memberikan
kompres hangat
memastikan
tempat tidur yang nyaman dan bersih
menganjurkan
klien untuk makan dalam porsi kecil namun sering
mengauskultasi
bising usus
memonitor tetesan infuse
-memberikan
injeksi cefotaxime1gr
-memberikan
terapi obat etaphillyne 250 mg
-mengatur
posisi klien semi fowler
-monitor
tanda-tanda vital
mengajarkan
teknik relaksasi
memastikan
tempat tidur yang nyaman dan bersih
menganjurkan
klien untuk makan dalam porsi kecil namun sering
memonitor tetesan
infuse
|
S:
Klien mengatakan sesak napas pada saat berbaring
O:
klien tampak sesak, RR:28x/mnt
S
: klien mengatakan lebih nyaman
O
: RR 26x/menit
S
: klien mengatakan lebih nyaman saat bernafas
O
: RR: 26x/mnt
S
: klien mengatakan sedikit sakit
O
: obat masuk tanpa kontraindikasi dank lien tidak alergi
S:
Klien menyatakan nyeri dada karena batuk dan sesak napas,nyeri sepertyi
ditekan, nyeri terasa di dada kanan dan kiri dengan skala nyeri 6 yang muncul
tibba-tiba terutama saat beraktivitas
O
: Klien tampak menahan nyeri
S
: klien merasa demam dan pusing
O
: TD 150/90mmHg
RR
26x/mnt
N
76x/mnt
T
39,5 oC
S
: Klien mengatakan faham dengan penjelasan yang diberikan
O:
Klien mampu menyebutkan penyebab nyeri
S:
klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O:
Klien tampak sedikit rileks
S
: Kien mengatakan akan berusaha banyak minum
O
: Klien minum 1 gelas
S:
Klien mengatakan akan mengganti pakaiannya sesuai anjuran
O:
Klien mengganti pakaian sesuai anjuran
S
: klien mengatakan sedikit nyaman
O:
T:380C
S
: klien mengatakan tidak bisa tidur karena sesak nafas dan batuk
O
: tampak lingkar gelap di sekitar mata
S
: klien mengatakan tempat tidurnya kotor
O
: mengganti alas tempat tidur
S
: klien mengatakan mual
O
: makan 3x/hari namun habis hanya ½ porsi
S
: klien mengatakan tidak tahu hal yang menyebabkan mual namun mual terasa
setiap kali makan
O
: makan 3x/hari namun habis hanya ½ porsi
S
: klien mengatakan masih mual
O
: bising usus 25x/mnt
S
: klien mengatakan tidak ada masalah untuk mengkonsumsi makanan apabila tidak
merasa mual
O
: klien hanya makan makanan yang disediakan dari RS
S
: klien mengatakan masih lemas
O:
klien terpasang infus RL 20 tpm
S
: klien mengatakan sedikit sakit
O
: obat masuk tanpa kontraindikasi dank lien tidak alergi
S
: klien mengatakan lebih nyaman saat bernafas
O
: RR: 25x/mnt
S
: klien merasa demam dan pusing
O
: TD 130/80mmHg
RR
25x/mnt
N
76x/mnt
T
38 oC
S:
klien mengatakan nyeri sedikit berkurang skala nyeri 5
O:
Klien tampak sedikit rileks
S
: Kien mengatakan akan berusaha banyak minum
O
: Klien minum 2 gelas
S
: klien mengatakan sedikit nyaman
O:
T: 370C
S
: klien mengatakan tempat tidurnya kotor
O
: mengganti alas tempat tidur
S
: klien mengatakan tidak ada masalah untuk mengkonsumsi makanan apabila tidak
merasa mual
O
: klien hanya makan makanan yang disediakan dari RS
S
: klien mengatakan masih mual
O
: 24x/mnt
S
: klien mengatakan masih lemas
O:
klien terpasang infus RL 20 tpm
S
: klien mengatakan sedikit sakit
O
: obat masuk tanpa kontraindikasi dank lien tidak alergi
S
: klien mengatakan lebih nyaman saat bernafas
O
: RR: 24x/mnt
S
: klien merasa demam dan pusing
O
: TD 130/100mmHg
RR
24x/mnt
N
79x/mnt
T
37 oC
S:
klien mengatakan nyeri sedikit berkurang skala nyeri 4
O:
Klien tampak sedikit rileks
S
: klien mengatakan tempat tidurnya kotor
O
: mengganti alas tempat tidur
S
: klien mengatakan tidak ada masalah untuk mengkonsumsi makanan apabila tidak
merasa mual
O
: klien hanya makan makanan yang disediakan dari RS
S
: klien mengatakan masih lemas
O:
klien terpasang infus RL 20 tpm
|
|
2. Medical
management
a. IVF
,O2 Therapi
Medical management
|
Tanggal
|
Penjelasan umum
|
Indikasi dan tujuan
|
Respon
klien
|
Infus
RL 20tpm
Terapi
O2
|
9-11-11
9-11-11
|
Merupakan
larutan isotonic NaCl, KCl, CaCl, natrium laktat yang komposisinya mirip
dengan cairan ekstraseluler
Suatu
terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.
|
Untuk
mengembalikan keseimbangan elektrolit
-Untuk
mengatasi keadaan hipoksemia
-menurunkan
kerja napas dan kerja miokard
Indikasi
:
-klien
dengan kadar O2 rendah
-klien
dengan peningkatan kerja napas
-klien
dengan peningkatan kerja miokard
|
S
: klien tidak alergi dan tidak mengalami kontraindikasi terhadap infuse RL
20tpm.
S:
Kien merasa lebih nyaman dalam bernapas
|
b. Obat-obatan
Nama
obat
|
Tanggal
|
Cara,
dosis, frekuensi
|
Klasifikasi,
cara kerja, dan fungsi
|
Respon
klien
|
Cefotaxime
500
mg
Etaphillyne
250mg
Methilprednisolon
125mg
|
9
november 2011
9
november 2011
11
november 2011
|
Parenteral
2x1
Diencerkan
dalam 5 ml air steril bakteriostatik untuk injeksi intravena
Oral
2x250mg
Injeksi
intravena
2x1gr
|
Pengobatan
infeksi kulit dan struktur kulit yang serius infeksi tinggi tulang sendi,
infeksi saluran kemih dan ginekologi
Pengobatan
system pernapasan
Diindikasikan
untuk penyakit pada saluran pernapasan
|
S
: klien tidak alergi
O
: obat masuk
S
: klien meminum obat
O
: klien tampak tidak alergi
S
: klien tampak tidak alergi
O
: obat masuk
|
c. Diet
Jenis
diet
|
Tanggal
|
Penjelasan
umum
|
Indikasi
dan tujuan
|
makanan
|
Respon
klien
|
Rendah
purin
|
9
- 11 nov 2011
|
Pembatasan
konsumsi jeroan, sarden, burung, kaldu, emping, tape.
Membatasi
konsumsi bahan makanan sumber lemak jenuh
|
Untuk
menurunkan kadar asam urat hingga normal
|
Yang
tidak mengandung purin
|
S
: klien merasakan mual
O
: klien makan habis 1 porsi
|
d. Aktivitas
dan latihan
Jenis
aktivitas dan latihan
|
Tanggal
|
Penjelasan
umum
|
Indikasi
dan tujuan
|
Respon
klien
|
Klien
tidak mengalami gangguan mobilitas gerak atau imobilitas
|
|
|
|
|
E. Evaluasi
1.Evaluasi
keperawatan
Tanggal/hari/jam
|
No.dx
|
Catatan
perkembangan klien
|
paraf
|
Rabu
9
november 2011
14.00
Kamis
10
november 2011
14.00
Jumat
11
november 2011
14.00
|
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
|
S
: klien mengatakan sesak napas
O
:
-
klien tampak lemas
-
RR: 26x/menit
-
TD 150/90 mmHg
-
terdengar bunyi ronkhi di kedua paru
A : masalah ketidakefektifan pola
napas belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-
kaji fungsi pernapasan
-
kaji TTV
-
atur posisi klien semi fowler
-
latih napas dalam
S : Klien mengatakan nyeri dada
O :
-
N : 76x/menit
-
RR : 26x/menit
-
Klien tampak lemas
-
Skala nyeri 6
-
Klien tampak menahan nyeri
A :
masalah nyeri belum teratasi
P :
pertahankan intervensi
-
Kaji laporan nyeri,catat lokasi,
durasi, intensitas, selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
-
Ajarkan teknik relaksasi
S : klien mengeluh demam
O : suhu 38oC
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
-
Monitor tanda-tanda vital
-
Anjurkan klien minum air putih 8
gelas /hari
-
Beri kompres hangat
-
Anjurkan menggunakan pakaian yang
longgar dan tipis
S :
klien mengatakan sulit tidur dimalam hari
O : ada
sedikit lingkar gelap dimata
A :
masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P :
pertahankan intervensi
-
kaji penyebab gangguan tidur
pastikan
tempat tidur nyaman dan bersih
S : klien mengeluh mual
O :
-
klien tampak lemas
-
bising usus 25x/mnt
-
klien mengatakan makan habis 1/2
porsi
-
turgor kulit tidak elastis
A : masalah resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-
kaji kebiasaan diit
-
identifikasi factor penyebab mual
-
auskultasi bising usus
-
anjurkan klien untuk makan porsi
kecil tapi sering
-
berikan kebersihan oral
-
kolaborasi berikan nutrisi parenteral,
terapi IV sesuai indikasi
S :
klien mengatakan sesak berkurang
O :
-
bunyi ronkhi sedikit berkurang
-
RR 25x/menit
A :
masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P :
pertahankan intervensi
-
latih napas dalam
-
atur posisi fowler
S
: klien mengatakan nyeri berkurang
O
:
-
skala nyeri 5
-
TD 130/80mmhg, T : 38°C
-
N : 76x/menit, RR : 25x/menit
A
: masalah nyeri belum teratasi
P
: pertahankan intervensi
-
Ajarkan teknik relaksasi
S
: klien mengatakan demam sedikit berkurang
O
:
-
TD 130/80mmhg, T : 38°C
-
N : 76x/menit, RR : 25x/menit
A
: masalah hipertermi belum teratasi
P
: pertahankan intervensi
-
Monitor tanda-tanda vital
-
Anjurkan klien minum air putih 8
gelas /hari
-
Beri kompres hangat
S
: klien mengatakan tidur malam sering terbangun
O
: tampak lingkaran gelap di sekitar mata
A
: masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-
pastikan tempat tidur dalam keadaan
nyaman dan bersih
S
: klien mengatakan mual berkurang
O
:
-
makan 2 x sehari
-
bising usus 24x/mnt
A
: masalah belum teratasi
P
: pertahankan intervensi
-
kolaborasi, berikan nutrisi
parenteral
-
auskultasi bising usus
-
anjurkan klien untuk makan porsi
kecil tapi sering
-
kolaborasi berikan nutrisi parenteral
S
: Kien mengatakan sesak berkurang
O
:
-
Klien tampak rileks
-
TD 130/100mmHg N 79x/menit
-
T : 37°C
RR 24x/menit
-
Terpasang O2
A
: Masalah belum teratasi
P
: pertahankan intervensi
-
latih napas dalam
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O
:
-
skala nyeri 4
-
TD 130/100mmhg, T : 37°C
-
N : 79x/menit, RR : 24x/menit
A
: masalah nyeri belum teratasi
P
: pertahankan intervensi
-
Ajarkan teknik relaksasi
S
: klien merasakan sudah tidak demam
O
:
-
TD 130/100mmHg T 37°C
-
N 79x/menit RR 24x/menit
A
: masalah hipertermi teratasi
P
: pertahankan kondisi yang ada
S
: Kien mengatakan semalam sudah bisa tidur namun kadang-kadang masih
terbangun
O
:
-
Klien tampak sedikit rileks
-
Terdapat lingkar gelap dibawah mata
A
: masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P
: Pertahankan intervensi
-
pastikan tempat tidur dalam keadaan
nyaman dan bersih
S
: Klien mengtakan mual sudah hilang
O
: makan habis 1 porsi diit
A
: masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi
P
: pertahankan kondisi yang ada
|
|
2. perkembangan
sehari-hari klien
Perkembangan/hari
|
Hari
1
|
Hari
2
|
Hari
3
|
Masalah
keperawatan
Tanda-tanda
vital :
TD
Suhu
RR
Nadi
Prosedur
diagnostic
Obat
Medical
management
Diet
|
Sesak
napas
Nyeri
dada
Demam
Risiko
nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan
pola tidur
150/90
mmHg
38°C
26x/menit
76x/menit
Peningkatan
netrofil segmen dan urin acid,
penurunan limfosit dan monosit
Cefotaxime
2x1gr
etaphillyne
2x250mg
Infus
RL 20 tpm
Rendah
purin
|
Sesak
napas
Nyeri
dada
Demam
Risiko
nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan
pola tidur
130/80
mmHg 38°C
25x/menit
76x/menit
Cefotaxime
2x1gr
etaphillyne
2x250mg
Infus RL 20 tpm
Rendah
purin
|
Sesak
napas
Nyeri
dada
Gangguan
pola tidur
130/100 mmHg
37°C
24x/menit
79x/menit
Cefotaxime
2x1gr
Methyl
prednisolon
2x125mg
Infus
RL 20 tpm
Rendah
purin
|
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa
kasus
Sesuai
dengan teori, klien juga mengalami manifestasi klinis seperti:
1.
dyspnea
sesak napas dengan lama ekspirasi,
penggunaan otot-otot aksesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada,
streddor.
2.
Ortopnea
Pernapaan yang sulit kecuali pada posisi
tegak
3.
Auskultasi
Terdengar bunyi ronkhi
4.
Batuk kering
Tidak produktif, sekret kental, dan
lumen jalan napas sempit.
Sesuai
derajat asma yang ada, klien mengalami :
Persisten
berat
Yaitu
suatu Gejala asma yang terjadi terus menerus dan serangan sering terjadi,
gejala asma malam terjadi hamper setiap malam. Akibatnya faal paru sangat
menurun.
Menurut
tarwoto dan wartonah, ada beberapa factor yang mempengaruhi tidur, seperti
halnya yang dialami klien :
1.
Penyakit
Penyakit
dapat menyebabkan nyeri atau dispresifisik yang dapat menyebabkan gangguan
tidur
2.
Stress psikologis
Kondisi
psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
Menurut
mubarak dan chayatin (2007) pola tidur berdasarkan usia atau tingkat
perkembangan individu, jadi klien termasuk dalam:
1.
Dewasa menengah
Tidur
sekitar 6 jam perhari, 20 %, 25 %, tidur REM. Individu dapat mengalami insomnia
dan sering terjaga sewaktu tidur. Tahap
IV NREM menurun, bahkan terkadang tidak ada.
B. Penemuan
Tuan
K berusia 70 tahun, dirawat di RSI pekajangan dengan keluhan nyeri dada sebelah
kiri, sesak napas, mual, demam, batuk
ngikil.
DO
:
- Klien
tampak lemas
- TD
150/90 mmHg
- Nadi
76x/menit
- Suhu
3x9,5oC
- RR
28x/menit
- Ada
sedikit llingkar hitam di bawah mata klien
- Terdengar
suara ronkhi di kedua paru
- Suara
bising usus 25x/menit
- Terapi
yang didapatkan infuse RL 20tpm
- Diet
rendah purin
- pemakaian
bantuan oksigen 3l/mnt
1.
permasalahan
a. nyeri
dada sebelah kiri dan sesak napas
hal ini diakibatkan adanya
ketidakefektifan pola pernapasan yang disebabkan kurangnya suplai oksigen.
b. peningkatan
suhu 39,5oC
hal ini karena adanya masalah
hipertermi yang disebabkan peningkatan metabolisme karena proses penyakit.
c. Mual
Adanya
resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena mual.
d. Sulit
tidur
Adanya gangguan tidur seperti
kerusakan transport oksigen dan batuk terus menerus dapat menyebabkan masalah
gangguan pola tidur.
2.
Diagnosa keperawatan
a.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan kurangnya suplai oksigen
b.
Nyeri berhubungan dengan adanya sesak
nafas dan batuk
c.
Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
d.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya
sesak nafas dan batuk
Resiko
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
C.
Kesimpulan
1.
Pengkajian
Hal-hal yang perlu ditanyakan ataupun
dikaji seperti biodata lengkap dari klien dan penanggung jawab klien.
Setelah
itu factor-faktor seperti keadaan social, ekonomi, serta lingkungan klien perlu
dikaji juga.
Tidak lupa
riwayat kesehatan dari penyakit sekarang, penyakit dahulu, keluhan utama, dan
kesehatan keluarga.
Pola
kesehatan Gordon yang berisi 11 komponen.
2.
Diagnosa
Ada
5 macam diagnose yang muncul dari masalah ini:
a. Ketidakefektifan
pola napas
b. Nyeri
c. Hipertermi
d. Gangguan
pola tidur
e. Risiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.
Intervensi
Ada
beberapa intervensi seperti
a. Mengkaji
fungsi pernapasan
b. Atur
posisi klien semi fowler
c. Pemberian
kompres hangat
d. Kaji
masalah gangguan tidur, karakteristik dan penyebab kurang tidur
e. Identifikasi
factor yang menyebabkan mual
4.
Implementasi
Sebisa
mungkin intervensi yang telah dibuat dapat diterapkan dan dilakukan kepada
klien agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan intervensi yang dibuat
5.
Evaluasi
Perkembangan
sehari-hari klien mengalami kemajuan, walaupun ada beberapa intervensi yang
masih belum dapat dihentikan dan masalah belum teratasi. Namun masalah seperti
demam dan mual telah teratasi, gangguan tidur dan sesak napas sedikit
berkurang.
Daftar
pustaka
Doengoes,
marllyn, E.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta:EGC
Carpenito,mayet,Lynda
juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Potter,P
dan Perry A. 2005.Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dalam Praktik (Edisi 4 Volume 1).Jakarta:EGC
Mubarak,W
dan Chayatin,N.2007.Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:EGC
Wartonah,
Tarwoto.2003.Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan (Edisi 3). Jakarta:Salemba Medika
Yasmin,
Gede Nulih. ( 2004 ). Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta.EGC
www.mall_archive.com/millis-nakita@newsglamedia-majalah.com