Selasa, 31 Juli 2012

ASKEP ASMA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Asma menyerang 5-7% populasi di Eropa dan Amerika Utara. Penyakit ini ditandai oleh sesak napas berulang, mengi, atau batuk akibat penyempitan saluran napas yang reversible. Penyebab utama peningkatan resistensi saluran napas adalah kontraksi sel-sel otot polos akibat hipersensitivitas terhadap berbagai stimuli seperti udara dingin, asap, olahraga, dan emosi, selain antigen. Penebalan saluran napas karena edema infiltrate seluler, selain penyumbatan saluran napas oleh mucus dan secret, juga membantu menimbulkan penyempitan. Mengi bukan tanda yang esensial
( David Rubenstein, 2005 )

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi kronik selama pernapasan yang menyebabkan sensitifnya trachea dan cabang-cabangnya (hiperaktifitas bronkus) terhadap berbagai rangsangan. Rangsangan ini dapat menimbulkan obstruksi saluran napas yang menyeluruh dengan derajat yang bervariasi dan dapat membaik dengan atau tanpa di obati. Pada kelainan ini berparan berbagai sel inflamasi antar lain sel mast dan eosinofil.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Angka kejadian asma bervariasi diberbagai Negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obat asma banyak dikembangkan. Di Negara maju angka kesakitan dan kematian karena asma juga terlihat meningkat. Tanggal 4 mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiative In Asthma (GINA) sebagai World Asthma Day (hari asma sedunia). Menurut WHO, penyandang asma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang pertahun.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Dinegara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Singaapura, bronchitis, emfisema dan asma merupakan penyebab kematian kedelapan. Penelitian di Amerika serikat mendapatkan prevalensi asma sebesar 4,1 %, sementara laporan dari Taiwan menunjukkan angka 6,2 %.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
National Health Interview Survey di Amerika Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri itu mengidap bronchitis kronik, lebih dari 2 juta orang penderita emfisema dan setidaknya 6,5 juta orang menderita salah satu bentuk asma. Ditahun 1981 di Amerika Serikat dilaporkan ada 60 ribu kematian akibat PPOM dan keadaan yang berhubungan dengannya. Laporan WHO dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4 % dari seluruh kematian didunia, masing-masing infeksi paru 7,2 %, PPOK 4,8 %, tuberculosis 3,0 %, kanker paru / trachea / bronkus 2,1 %, dan asma 0,3 %.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Peningkatan penderita asma bronkhial juga terjadi di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14tahun dengan menggunakan questioner ISAC (International study on asthma and allergy in children). Tahun 1995 menunjukkan prevalensi asma masih 2,1 %, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2 %.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Imunology tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir, bahkan 28,3 % penderita  mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu.
(Ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma-html)

B.      Tujuan.
1.      Tujuan umum
Askep ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas praktek di rumah sakit islam pekajangan. Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat mengetahui lebih dalam tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Asma.
2.      Tujuan untuk mahasiswa
Diharapkan setelah membaca askep ini mahasiswa dapat:
a.     Mengetahui apa saja pengkajian yang dilakukan pada klien dengan asma
b.     Mengetahui diagnose keperawatan yang muncul berdasarkan manifestasi klinis
c.     Mengetahui intervensi keperawatan pada klien berdasarkan diagnose keperawatan.
d.     Mengetahui implementasi keperawatan pada klien dengan asma
e.     Mengetahui solusi evaluasi  keperawatan berdasarkan diagnose keperawatan.
3.      Tujuan untuk pasien
Agar pasien mengetahui bagaimana cara penanganan, dan pencegahan penyakit asma, sehingga pasien bisa meminimalisir terjadinya komplikasi penyakit yang lebih parah dan masalah pasien teratasi dan sembuh.



BAB II
TINJAUAN MEDIS

A.    Anatomi dan Fisiologi
1.   Anatomi system pernapasan
a.  Hidung
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara akan terjebak dalam lendir, silia pada lapisan mukosa secara kontinu menyapu lendir kearah akan dihancurkan oleh asam hidroklorida dalam getah lambung.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
b.  Faring
Faring adalah tuba muscular yang tertletak di posterior rongga nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dibagi menjadi 3 segmen yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
c.  Laring
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunujukkan salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dan trachea. Laring memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trachea.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
d.  Trachea
Trachea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 10-13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. trachea memanjang dari laring kearah bawah kedalam rongga toraks tempatnya terbagi menjadi bronchi kanan dan kiri. Bagian dalam trachea dilapisi oleh membrane mukosa bersilia. Seperti halnya pada laring, silia pada trachea juga menyapu kearah atas mengarah ke faring. Ketika mencapai faring, mucus biasanya tertelan atau dikeluarkan sebagai sputum.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
e.  Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trachea membagi menjadi bronchi primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Di dalam paru-paru masing-masing bronchus primer memanjang dari trachea kearah paru-paru membentuk cabang menjadi bronchus sekunder kemudian menjalar yang makin lama makin kecil, percabangan paling kecil disebut bronkhiolus. Bronkhiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli. Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trachea dan alveoli. Fungsi alveoli adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
f.     Paru-paru
Paru –paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga. Fungsi paru-paru adalah tempat terjadinga pertukaran gas antara udara atmosfer dan udara dalam aliran darah.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
2.   Fisiologi pernapasan
Secara fungsional, system pernafasan terdiri atas rangkaian proses yang terintegrasi yang mencakup ventilasi pulmonal, pertukaran gas dalam paru-paru dan jaringan, transport gas oleh darah, dan regulasi pernafasan secara keseluruhan.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
a.     Ventilasi pulmonal
Udara mengalir masuk dan keluar dari paru-paru dengan dasar hukum yang sama seperti cairan, yaitu mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya perbedaan tekanan. Ventilasi pulmonal terdiri dari fase inspirasi dan ekspirasi. Proses inspirasi terjadi sebagai berikut, diafragma berkontraksi, bergerak kearah bawah dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta menarik iga ke atas dan keluar, yang mengembangkan rongga dada kearah samping kiri dan kanan serta ke depan dan belakang. Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang sehingga tekanan intrapleural menjadi makin negative dan mengembangkan paru-paru. Dengan mengembangnya paru-paru tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer, dan udara mengalir memasuki saluran pernafasan. Sedangkan proses ekspirasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot interkosta rileks. Karena rongga dad menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan ikat elastiknya mengerut dan juga mendesak alveoli dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal diatas tekanan atmosfer udar didorong keluar paru-paru sampai kedua tekanan sama kembali.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
b.     Volume pulmonal
·         Volume Tidal : jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan ekshalasi normal (500 ml).
·         Minute Respiratory Volume (MRV) : jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan dalam satu menit.
·         Inspiratory Reserve : jumlah udara diluar volume tidal yang dapat diambil dengan inhalasi sedalam mungkin (2000-3000 ml).
·         Expiratory Reserve : jumlah udara diluar volume tidal yang dapat dikeluarkan dengan ekshalasi yang paling kuat (1000-1500 ml).
·         Vital Capasity : jumlah udara yang terlibat dalam inhalasi paling dalam diikuti dengan ekshalasi yang paling kuat (3500-5000 ml).
·         Residual Volume : jumlah udara yang tetap berada didalam paru-paru setelah ekshalasi paling kuat (1000-1500 ml).
(Niluh Gede Yasmin : 2003)


c.     Pertukaran gas pulmonal
Pertukaran gas mencakup dua proses yang independent, pernafasan internal yaitu pertukaran gas antara alveoli dengan aliran darah dan pernafasan eksternal yaitu pertukaran gas antar kapiler dalam tubuh dengan sel-sel tubuh.
(Niluh Gede Yasmin : 2003)
d.     Transport gas dalam darah
Sebagian besar oksigen yang diangkut dalam darah berikatan dengan hemoglobin. Ikatan oksigen hemoglobin dibentuk dalam paru-paru dimana PO2 tinggi. Ikatan ini relative tak stabil, dan ketika darah melewati jaringan dengan PO2 yang rendah, ikatan tersebut pecah, dan oksigen dilepaskan kedalam jaringan.
                                                                                     
                                                                          (Niluh Gede Yasmin : 2003)

B.      Tinjauan Pustaka
1.   Definisi
     Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas saluran napas yang sangat mudah bereaksi terhadap rangsangan atau pencetus dengan manifestasi klinis berupa serangan asma.
(Ngastiyah, 2005 : 82)
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial yang mempunyai ciri bronkhospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakheobronkheal yang dapat di akibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh factor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
(Somantri, Irman 2009)
Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan yang berhubungan dengan hiperresponsif keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala pernafasan.
(Sudoyo, 2009)
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asma merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat diakibatkan oleh factor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi dengan gejala klinis berupa sesak napas.
2.   Etiologi
a.  Allergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan.
b.  Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
c.  Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus.
d.  Perubahan cuaca yang ekstrem.
e.  Kegiatan jasmani yang berlebihan.
f.     Lingkungan kerja.
g.  Obat-obatan.
h.   Emosi.
i.      Lain-lain seperti refluks gastroesofagus.
( Irman Somantri, 2009 )
3.   Manifestasi Klinis
a.  Batuk
b.  Dispnea
c.  Mengi
d.  Pengginaan otot-otot aksesori pernapasan
e.  Sianosis
f.     Hipoksia
g.  Banyak berkeringat
h.   Takikardi
i.      Pelebaran tekanan nadi
( smeltzer,2001 )
 
4.   Derajat asma
a.  Intermiten
-          Serangan asma pada siang hari terjadi 2x/minggu atau kurang
-          Serangan asma pada malam hari terjadi 2x/bulan atau kurang
-          Tidak ada gejala antar serangan
-          Fungsi paru normal
b.  Persisten ringan
-          Gejala asma lebih dari 2x/minggu namun tidak lebih dari sekali sehari
-          Serangan asma pada malam hari terjadi lebih dari 2x/bulan
-          Serangan asma mem[pengaruhi aktivitas sehari-hari
c.  Persisten sedang
-          Gejala asma muncul setiap hari
-          Serangan asma pada malam hari terjadi lebih dari sekali sebulan
-          Serangan asma mempengaruhi aktivitas sehari-hari

d.  Persisten berat
-          Serangan asma hamper sepanjang hari
-          Tidur malam sering terganggu
-          Aktivitas fisik terbatas
(MIMS Petunjuk Konsultasi,2008/2009)
5.   Pemeriksaan penunjang
a.  Laboratorium : jumlah eosinofil darah dan sputum, foto thorak, spirometri, uji tusuk kulit ( skin pricktest / SPT ), uji bronkodilator atas indikasi, uji provokasi bronkus atas indikasi, analisis gas darah atas indikasi.
b.  Rontgen thoraks wajib dilakukan untuk menyingkirkan pneumothorak.
( PDSPDI, 2008 )
6.   Komplikasi
a.  Status asmatikus
b.  Pneumotoraks
c.  Asidposis respiratorik
d.  Kegagalan pernapasan
e.  Kematian
   ( Corwin,2000 )
 
7.   Penatalaksanaan
a.  Pencegahan terhadap pemajanan allergen
b.  Memantau ventilasi secara berkala terutama saat puncak serangan asma. Apabila diamati adanya penurunan bermakna volume ekspirasi maksimum atau kecepatan aliran ekspirasi, maka intervensi farmakologis dapat segera dimulai tanpa menunggu serangan timbul.
c.  Pemakaian obat-obat anti inflamasi pada permulaan serangan atau sebagai terapi pencegahan. Steroid inhalasi menghentikan rangkaian proses peradangan. Obat-obat yang menstabilkan sel-sel mast sekarang juga digunakan untuk mencegah serangan asma.
d.  Intervensi perilaku, yang ditujukan untuk menenangkan pasien agar rangsangan parasimpatis ke jalan napas berkurang. Membantu menghentikan pasien yang menangis memungkinkan udara yang keluar masuk paru melambat dan dapat dihangatkan sehingga rangsangan terhadap jalan napas berkurang.
e.  Intervensi farmakologis selama serangan akut mencakup inhalasi obat-obat simpatis B2. Obat-obat ini terbukti melemaskan jalan napas dan meningkatkan ventilasi.
f.     Golongan metal-xantin juga menghilangkan spasme
g.  Obat-obat anti kolenergik dapat diberikan untuk mengurangi efek parasimpatis sehingga melemaskan otot polos bronkeolus
h.   Antihistamin diberikan untuk mengurangi peradangan
( Corwin,2000 )



C. Patofisiologi
                Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronchi yang menyempitkan jalan napas, pembengkakan membrane yang melapisi bronchi, dan pengisian bronchi dengan mucus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterbatasan system imunologis dan system saraf otonom.
( smeltzer,2001 )
                  Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibody yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi ototpolos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membrane mukosa, dan pembentukan mucus yang sangat banyak.
( smeltzer,2001 )
                  Sostem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkhial diatur oleh impuls saraf vagal melalui system parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh factor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi. Individu dengan asma  dapat mempunyai toleransi rendah terhadap trespons parasimpatis.
( smeltzer,2001 )
                  Selain itu reseptor alfa dan beta adrenergic dari system  saraf simpatis terletak dalam bronchi. Ketika reseptor alfa adrenergic dirangsang, terjadi bronkokonstriksi ,bronkodilatasi terjadi ketika resptor beta adrenergic yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor alfa dan beta adrenergic dikendalikan terutama oleh siklik adenosit monofosfat(cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP. Yang ,mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskn oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor-beta mengakibatkan peningkatan tingkat Camp, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang dilanjutkan adalah bahwa penyekatan beta adrenergic terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos.
                                                                                                                                                                                                                                                        ( Smeltzer,2001) 









Pencetus serangan
(alergen, emosi/stress, obat-obatan, dan infeksi)
(
Reaksi antigen dan antibodi
Dikeluarkannya substansi vasoaktif
(histamine, bradikinin, dan  anafilatoksin)

Permeabilitas kapiler
Kontraksi Otot Polos
Sekresi mukus meningkat
 





























BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.   Biodata pasien
a.     Data demografi
1.)    Pasien
Nama                                     : Tn. K
Umur                                       : 70 tahun
Jenis kelamin                        : Laki-laki
Agama                                  : Islam
Alamat                                   : Kwagean Rt 08/02, Wonopringgo
Status                                     : Menikah
Tanggal masuk                     : 6 November 2011
Tanggal pengkajian                        : 9 November 2011
No. registrasi                         : 80487
Diagnose medis                   : Asma
2.)    Penanggung jawab
Nama                                     : Tn. C
Alamat                                   : Kwagean, Wonopringgo
Pekerjaan                              : Buruh
Jenis kelamin                        : Laki-laki
Status                                     : Menikah

b.     Factor social ekonomi
Klien mengatakan didalam masyarakat hanya menjadi warga yang ikut serta dalam kegiatan masyarakat. Klien mengatakan dalam segi ekonomi klien telah dibantu oleh anak beliau.
c.     Factor lingkungan
   Keadaan lingkungan klien cukup bersih, keluarga selalu senantiasa membersihkan lingkungan sekitar.
2.      Riwayat kesehatan
a.     Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan dan kiri yang dirasakan sejak kemarin pagi. Klien mengeluh sesak napas dan batuk ngikil terutama dimalam hari, sering terbangun dimalam hari dan merasa mual saat makan. Pada saat pengkajian tanggal 9 November 2011 jam 07.30 WIB, ditemukan data:
Ds :
-          Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan dan kiri
-          Klien mengeluh sesak napas dan demam
-          Klien mengeluh batuk ngikil terutama dimalam hari
-          Klien mengatakan mual saat makan
-          Klien mengatakan sering terbangun dimalam hari
Do :
-          TD  : 150/90 mmHg
-          T     : 39,5oC
-          N   : 76x/menit   
-          RR  : 28x/menit
-          Tingkat kesadaran compos mentis
-          Turgor kulit tidak elastic
-          Klien tampak menahan nyeri
-          Selama sakit makan 3x/hari, dan habis ½ porsi setiap makan
-          Terdapat lingkar gelap disekitar mata

b.     Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit jantung, prostat, dan TB. Riwayat pengobatan TB telah diselesaikan setahun yang lalu.

c.     Keluhan utama : Nyeri dada
P          : Nyeri dada dirasakan karena sesak napas dan batuk
Q         : Nyeri seperti ditekan
R          : Dada kanan dan kiri
S          : Skala nyeri 6
T           : Muncul tiba-tiba terutama saat aktivitas dan malam hari.

d.     Riwayat kesehatan keluarga
   Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti ini.
X
  X
                                                                              

70 th

                 th

 










Ket :                            :           Laki-laki
                                                            :           Perempuan
           
                                                            :           Meninggal    
:           Pasien
………….        :           Tinggal serumah

           
3.      Pola kesehatan fungsional Gordon
a.     Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Klien mengatakan bila mengalami sakit akan berobat ke dokter. Klien juga mengatakan telah selesai program penyembuhan TB setahun yang lalu.

b.     Pola nutrisi metabolic
Klien mengatakan nafsu makan tetap ada namun mual. Sebelum sakit klien makan 3x sehari dan minum 6-7 gelas /hari, selama sakit klien makan 3x sehari dan hanya habis ½ porsi tiap kali makan dan hanya minum 3-4 gelas /hari.
BB sebelum sakit      : 60 kg
BB selama sakit        : 58 kg
c.     Pola eliminasi
BAB
Sebelum sakit                                  
     Frekuensi       : 2x/hari
     Warna            : Kekuningan
     Konsistensi     : Lunak
     Saat sakit
     Frekuensi       : 1x/hari
     Warna            : Kuning
     Konsistensi     : Lunak
     BAK
     Sebelum sakit
     Frekuensi       : 4-5x/hari
     Warna                        : Kuning
     Bau                 : Khas urin
     Saat sakit
     Frekuensi       : 2-3x/hari
     Warna                        : Kuning
     Bau                 : Khas urin




d.     Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan sebelum sakit melakukan kegiatan sehari-hari seperti berpakaian, mandi, dilakukan sendiri. Selama sakit klien dibantu oleh keluarga seperti berpakaian, mandi, dan eliminasi.

e.     Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien mengatakan tidur malam 7-8jam, tidur siang 1 jam, masalah tidak ada. Selama sakit klienmengatakan tidur malam 2 jam, tidur siang 3 jam, dan sering terbangun karena batuk dan sesak napas.

f.        Pola presepsi konsep diri
Ds : Klien menganggap bahwa sakit yang di deritanya adalah cobaan, klien menerima sakit  yang dideritanya namun klirn tetap berusaha untuk kesembuhannya.
Do :     Sikap terhadap diri                          : baik
                 Ekspresi wajah                                  : cemas
Dampak sakit terhadap diri           :tidak dapat melaksanakan         aktivitas mandiri.

g.     Pola kognitif – preseptual keadekuatan alat sensori
Do :
-    Pola penglihatan, penciuman, dan pengecapan baik
-    Saat klien dipanggil, klien menengok dan saat klien ditanya klien menjawab dengan baik (pendengaran).
-    Dapat mengenali orang lain, waktu, tempat dengan baik.
  
h.      Pola peran dan tanggung jawab
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, klien berperan sebagai kepala rumah tangga. karena sakit dan dirawat di RS klien tidak dapat menjalankan perannya.

i.         Pola seksual reproduksi
Klien mengatakan telah menikah dan mempunyai 3 orang anak.

j.         Pola koping dan toleransi stress
-          Stressor                                                    : penyakitnya ( asma )
-          Metode koping yang digunakan       : posisi fowler dan berdoa
-          System pendukung                               : keluarga
-          Ekspresi                                                    : cemas

k.      pola nilai dan keyakinan
-       Agama                              : Islam
-       Kegiatan keagamaan   : klien selalu berdoa dan selalu beribadah kepada Allah dan saat  sakit dibantu oleh keluarga.

4.      Pemeriksaan fisik
a.     Penampilan umum
     GCS
Respon eyes             : 4
Respon motorik        : 6
Respon verbal          : 5
Tingkat kesadaran   : compos mentis (sadar penuh)
Pupil                            : isokor
Reflek cahaya          : ada

b.     Vital sign
TD                                : 150/90 mmHg
     T                                   : 39,5oC                   
Nadi                            : 76x/menit
RR                                : 28x/menit


c.     Pemeriksaan fisik
1)      Kepala dan leher
Kepala
Inspeksi    :  rambut beruban, tidak rontok, distribusi rambut   rata,bentuk kepala oval
Palpasi     : tidak ada benjolan dan tidak ada luka
Leher
Inspeksi                : tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi                 : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2)  Mata
    Inspeksi                 : pupil isokor, ada lingkaran gelap disekitar mata
3)  Telinga
    Inspeksi                 : daun telinga tidak ada lesi, pendengaran masih     normal.
4)  Hidung
    Inspeksi                 : bentuk hidung simetris, masih ada bulu hidung, penggunaan cuping hidung
5)  Mulut dan tenggorokan
    Inspeksi                 : tidak ada pembesaran tonsil,mukosa mulut kering, lidah tidak kotor
6)  Kulit
    Inspeksi                 : kulit tampak kering dan tidak ada lesi
    Palpasi                  : turgor kulit tidak elastic
7)  Dada (paru, jantung)
    Auskultasi             : terdengar bunyi ronkhi di kedua paru
    Palpasi                  : getaran antara dada sebelah kanan dan kiri sama saat dilakukan taktil fremitus
    Perkusi                   : pekak
    Inspeksi                 : tampak ictus cordis, dada simetris, pergerakan dada sebelah kanan dan kiri sama saat bernafas

8)  Abdomen
    Inspeksi                  : perut tidak asites, tidak ada lesi
                            Auskultasi              : suara bising usus 25x / menit
                            Palpasi                   : nyeri tekan tidak ada
                            Perkusi                   : bunyi perkusi normal
9)  Ekstrimitas atas
    Inspeksi                 : terpasang infus pada tangan kanan dan tidak terdapat jari tabuh, tidak sianosis
                            Kekuatan otot     : masih baik ( mampu menahan tekanan yang diberikan)
10)  Ekstremitas bawah
Inspeksi               : jari-jari kuku bersih, tidak terdapat jari tabuh, tidak sianosis
Kekuatan otot  : masih baik (mampu menahan tekanan yang diberikan)
11)  Persyarafan
Kesadaran ( E:4, M:6, V:5)
Kesadaran umum : compos mentis ( sadar penuh)

5.      Prosedur diagnostic
Prosedur diagnostic
Tgl periksa
Indikasi tujuan
Hasil
Nilai normal
Analisa
Darah rutin
HB










Lekosit


















Trombosit













Hematokrit








LED 1 jam
LED 2 jam


















Eosinofil





Basofil








Nefrofil Batang



Nefrofil Segmen







Limfosit






Monosit




Cholesterol







TG






UA
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
07/11/11
Untuk mengetahui komposisi darah

10,0










15.700


















173.000













31








110
112


















0





0








0




95








4






1




153







118






7,7
36,8
1,63
31,2
26,2

14-18 Gr/dl










4800-10.800/ul

















150.000-450.000












42-52%








0-10mm
0-10mm


















1-4%





0-1%








2-5%




36-66%








22-40%






4-8%




0-220mg/dl







0-150mg/dl





L=3,4-7,0 P=2,4-5,7
10-50mg/dl
0,6-1,1mg/dl
0-37u/l
0-42u/l
Menurun,
Dapat disebabkan oleh obat-obatan, misalnya: antibiotic, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasis, sulfonamida, primaquin, rimafpin, dan trimetadion.

Meningkat,
Menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya: pneumonia, meningitis, apendiksitis, tuberculosis.
Dapat juga disebabkan karena obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainamid, alopurinol, sulfonamide, heparin, epinefrin, dan antibiotic terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisillin, dan streptomycin.

Normal, merupakan klmponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/Mcl berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

Menurun, terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, gagal ginjal kronik, serosis hepatis, malnutrisi, defisiensi vitamin B dan C.

Meningkat,
LED dipakai sebagai sarana pemantauan, keberhasilan terapi, perjalanan peenyakit kronis misalnya: arthritis reumathoid, TBC. Peningkatan LED biasanya terjadi akibat peningkatan kadar globulin dan fibrinogen karena infeksi akut, infeksi kronis. Peningkatan LED terjadi pada arthritis reumathoid, infark miokard akut, kanker (lambung, colon, dan ginjal.

Menurun,
Ditemukan pada hiperfungsi pada adrenokortikal, stress, shock, dan luka  bakar.

Normal, merupakan lekosit yang intinya terdapat granula yang besar menyerupai huruf s, dan merupakan 0,5 – 1 % dari jumlah seluruh lekosit.

Menurun, neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, agranulasi, anemia.

Meningkat, biasanya pada kasus infeksi akut, penyakit radang, kerusakan jaringan,
Hemolitik pada bayi baru lahir, dan penurunan pancreatitis akut.

Menurun, terdapat pada  penderita kanker, leukemia, hiperfungsi adrenokortikal, anemia aplastik.

Menurun,
Terdapat pada leukemia limposit, dan anemia aplastik.

Normal, merupakan lemak darah yang disintesis di hati, serta ditemukan dalam sel darah merag, membrane sel dan otot.

Normal, merupakan lemak darah dibentuk oleh esferifikasi gliserol dan tiga asam lemak yang dibawa oleh lipoprotein serum.

Meningkat
Normal
Meningkat
Normal
Normal

6.      Analisa Data
a.     Pengelompokan Data
Data Subjektif
-          Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan dan kiri
-          Klien mengeluh sesak napas
-          Klien mengeluh batuk ngikil terutama dimalam hari
-          Klien mengatakan mual saat makan
-          Klien mengatakan sering terbangun dimalam hari
-          Klien mengatakan dalam beraktifitas dibantu keluarga
-          Klien mengatakan demam
Data Objektif
-          TD  : 150/90 mmHg
-          T     : 39,5oC
-          N   : 76x/menit   
-          RR  : 28x/menit
-          Turgor kulit tidak elastic
-          Kulit tampak kering
-          Klien tampak menahan nyeri
-          Selama sakit makan 3x/hari, dan habis ½ porsi setiap makan
-          Terdapat lingkar gelap disekitar mata
-          Mukosa mulut kering
-          Terdengar suara bising usus 25x / menit
-          BB sebelum sakit : 60 kg
-          BB selama sakit : 58 kg
-          Klien tampak lemas
-          HB : 10 gr/dl
-          Terdengar bunyi ronkhi di kedua paru
-          Klien hanya minum 3-4 gelas/hari selama sakit.
a.      Analisa data
Data
Masalah
Etiologi
Ds :
- Klien mengatakan sesak napas
- klien mengeluh batuk ngikil terutama di malam hari
Do :
- RR 28x / menit
- klien tampak lemas
- terdengar bunyi ronkhi dikedua  paru
- Hb : 10gr/dl

Ds:
- klien mengeluh batuk ngikil terutama di malam hari
- klien mengatakan nyeri dada di sebelah kanan dan kiri
Do:
- klien tampak lemas
- TD : 150/90 mmHg
- RR: 28x/menit
- N : 76x/menit
- klien tampak menahan nyeri

Ds : klien mengatakan demam
Do :
- klien tampak lemas
- suhu 39,50C
- kulit tampak kering
- mukosa mulut kering
- klien hanya minum 3-4 gelas/hari selama sakit

Ds :
- Klien mengatakan sesak napas
- klien mengeluh batuk ngikil terutama di malam hari
- klien mengatakan sering terbangun di malam hari
Do :
ada lingkar gelap di sekitar mata

Ds :
klien mengeluh mual saat makan
Do :
 - makan 3x / hari,habis ½ porsi setiap makan
- turgor kulit tidak elastis
- klien tampak lemas
- N : 76x / menit
- ada bising usus 25x/menit
- BB sebelum sakit 60 kg
- BB selama sakit 58 kg
- mukosa mulut kering
-       ketidak efektifan pola napas










-       nyeri












-       hipertemi









-       gangguan pola tidur










-       resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-          kurangnya suplai oksigen











-          adanya sesak nafas dan batuk










-          dehidrasi









-          adanya sesak nafas dan batuk









-          mual


B.      Diagnosa keperawatan
1.      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen
2.      Nyeri berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk
3.      Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
4.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk
5.      Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
C.    Perencanaan
Dx kep
Penjelasan keilmuan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen


























Nyeri berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk





































Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi







































Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk

























Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual












Suatu keadaan individu mengalami sesak napas , nyeri dada




























Suatu keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya.





























Suatu keadaan individu mengalami temperature >37oC





































Suatu keadaan dimana individu tidak dapat memenuhi kebutuhan istirahat dalam tidur karena gangguan ketidakefektifan pola napas


















Suatu keadaan ketika individu mengalami/ beresiko penurunan BB















.
.jangka pendek setelah dilakukan tindakan kep. Selama 1 x 24 jam pola napas klien kembali. Dengan KH :
-irama , frekuensi dan kedalaman pernapasan berada dalam normal
.jangka panjang setelah dilakukan tindakan kep. Selama 3 x 24 jam klien akan mengalami pola napas normal dan bunyi napas terdengar jelas













Jangka pendek: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol dengan criteria hasil :
-klien tampak rileks
-skala nyeri 3
-TD120/80mmHg
-RR 12-24x/menit
Jangka Panjang : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam klien melaporkan nyeri hilang, dengan criteria hasil :
-klien tampak rileks
-skala nyeri 0
-TD 120/80mmHg
-RR 12-24X/menit
-Nadi 60-100x/menit













.jangka pendek setelah dilakukan tindakan kep selama 1 x 24 jam suhu badan klien turun dengan KH :
-T: 36-37 oC
-badan klien tidak panas
.jangka panjang setelah dilakukan tindakan kep klien akan tidak panas lagi , suhu normal.




























Jangka pendek :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat tidur dimalam hari dengan criteria hasil :
-tidur malam 6-8 jam
-tidur tidak sering terbangun
Jangka panjang :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam klien dapat tidur dengan nyenyak dengan criteria hasil :
-merasa nyaman dengan tidurnya
-kebutuhan tidur dapat terpenuhi
-bebas dari gangguan ketidaknyamana


Jangka pendek:
Setelah dilakukan tindakan kep.selama 1x24 jam klien tidak mual lagi dengan criteria hasil: Klien makan sesuai  dengan porsi diit.

Jangka Panjang: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil: klien tidak lemas, turgor kulit baik.
identifikasi factor penyebab





kaji fungsi pernapasan , dispnea , sianosis , dan perubahan TTV










atur posisi fowler dan miring pada sisi sakit










Dorong klien untuk melaporkan nyeri






Kaji laporan nyeri,catat lokasi, durasi, intensitas, selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri



Jelaskan penyebab nyeri










Ajarkan tindakan pereda nyeri noninfasif : relaksasi











anjuran banyak minum 2000ml/hr


anjurkan menggunakan pakaian yang longgar dan tipis


pantau TTV






beri kompres hangat















anjurkan perlunya menghindari alcohol dan banyak makan selama cuaca panas.




-kaji masalah gangguan tidur, karakteristik dan penyebab kurang tidur

-anjurkan makan yang cukup 1 jam sebelum tidur.



-pastikan tempat tidur yang nyaman dan bersih


-beri bantuan oksigen












Kaji kebiasaan diit, masukan makanan saat ini




Identifikasi factor yang menyebabkan mual



Auskultasi bising usus









Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin





Anjurkan klien untuk makan porsi kecil tapi sering
Sajikan makanan dalam kondisi hangat

Ajarkan dan berikan kebersihan oral






Kolaborasi berikan nutrisi parenteral, terapi IV sesuai indikasi, infus RL 20tpm.

menentukan jenis gangguan dan dapat mengambil keputusan

distress pernapasan dan perubahan TTV dapat terjadi akibat stress fisiologi dan nyeri dapat menunjukan terjadinya syok akibat hipoksia

posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan mengupayakan penurunan napas
mencegah terjadinya dehidrasi

mencoba untuk mentoleransi nyeri daripada meminta analgesik

perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit

untuk mengurangi adanya kurang pengetahuan bertujuan mempercepat proses penyembuhan

untuk mengurangi atau menurunkan ketegangan otot-otot rangka yang dapat menurunkan intensitas nyeri


mencegah terjadinya dehidrasi

pakaian dapat membantu menyerap keringat

mengetahui adanya penurunan / peningkatan panas

kompres hangat dapat memberikan informasi pada pusat pengatur suhu di otak bahwa suhu sekitar sedang hangat sehingga suhu tubuh segera diturunkan

mempercepat proses penyembuhan





Mempermudah menangani gangguan tidur.

meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur

meningkatkan kenyamanan

mengurangi sesak napas dimalam hari.










Beberapa makanan dapat mencetuskan rasa mual

Untuk mempermudah mengurangi mual

Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukan penurunan motilitas gaster

Suhu extrim dapat mencetuskan atau meningkatkan spasme batuk

Memenuhi kebutuhan nutrisi
menurunkan mual


mulut yang bersih dapat meningkatkan energy untuk makan

program ini untuk memberikan nutrisi penting

D.  Implementasi
1.   Implementasi keperawatan
Tanggal
Jam
No.Dx
Implementasi / tindakan
Respon
Paraf
Rabu
9-Nov-2011
07.30




07.30



08.00



08.00





10.00









11.00






10.00





10.30



12.00



13.00





11.30



13.30





13.30





11.45




11.45







11.45



12.00







13.45




kamis
10-Nov-2011
08.00





09.00



11.00






09.00



12.00



11.30



13.00




12.00







12.30



13.45



jumat
11-Nov-2011
08.00





09.00



11.00






09.00



13.00




12.00







13.45




1




1



1



1





2









1,3






2





2



3



3





3



4





4





5




5







5



5







5







1





1



1,3






2



3



3



4




5







5



5






1





1



1






2



4




5







5






-mengidentifikasi factor penyebab sesak napas



mengatur posisi klien semi fowler


memberikan terapi O2  3 liter/menit


-memberikan injeksi cefotaxime1gr
-memberikan terapi obat etaphillyne 250 mg


mengkaji nyeri









-monitor tanda-tanda vital klien





-menjelaskan penyebab nyeri




mengajarkan teknik relaksasi 



menganjurkan pasien untuk banyak minum


-menganjurkan klien untuk menggunakan pakaian longgar dan tipis



memberikan kompres hangat


mengkaji penyebab gangguan  tidur




memastikan tempat tidur yang nyaman dan bersih




mengkaji kebiasaan diit
-observasi keadaan umum klien dan mengkaji klien


mengidentifikasi factor yang menyebabkan mual






auskultasi bising usus



menganjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil namun sering





 memonitor tetesan infuse







-memberikan injeksi cefotaxime1gr
-memberikan terapi obat etaphillyne 250 mg


-mengatur posisi klien semi fowler


-monitor tanda-tanda vital






mengajarkan teknik relaksasi 



menganjurkan pasien untuk banyak minum


memberikan kompres hangat


memastikan tempat tidur yang nyaman dan bersih



menganjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil namun sering





mengauskultasi bising usus



 memonitor tetesan infuse






-memberikan injeksi cefotaxime1gr
-memberikan terapi obat etaphillyne 250 mg


-mengatur posisi klien semi fowler


-monitor tanda-tanda vital






mengajarkan teknik relaksasi 



memastikan tempat tidur yang nyaman dan bersih



menganjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil namun sering





 memonitor tetesan infuse



S: Klien mengatakan sesak napas pada saat berbaring
O: klien tampak sesak, RR:28x/mnt

S : klien mengatakan lebih nyaman
O : RR 26x/menit

S : klien mengatakan lebih nyaman saat bernafas
O : RR: 26x/mnt

S : klien mengatakan sedikit sakit
O : obat masuk tanpa kontraindikasi dank lien tidak alergi

S: Klien menyatakan nyeri dada karena batuk dan sesak napas,nyeri sepertyi ditekan, nyeri terasa di dada kanan dan kiri dengan skala nyeri 6 yang muncul tibba-tiba terutama saat beraktivitas
O : Klien tampak menahan nyeri

S : klien merasa demam dan pusing
O : TD 150/90mmHg
RR 26x/mnt
N 76x/mnt
T 39,5 oC

S : Klien mengatakan faham dengan penjelasan yang diberikan
O: Klien mampu menyebutkan penyebab nyeri

S: klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O: Klien tampak sedikit rileks

S : Kien mengatakan akan berusaha banyak minum
O : Klien minum 1 gelas

S: Klien mengatakan akan mengganti pakaiannya sesuai anjuran
O: Klien mengganti pakaian sesuai anjuran

S : klien mengatakan sedikit nyaman
O: T:380C

S : klien mengatakan tidak bisa tidur karena sesak nafas dan batuk
O : tampak lingkar gelap di sekitar mata

S : klien mengatakan tempat tidurnya kotor
O : mengganti alas tempat tidur


S : klien mengatakan mual
O : makan 3x/hari namun habis hanya ½ porsi


S : klien mengatakan tidak tahu hal yang menyebabkan mual namun mual terasa setiap kali makan
O : makan 3x/hari namun habis hanya ½ porsi


S : klien mengatakan masih mual
O : bising usus 25x/mnt

S : klien mengatakan tidak ada masalah untuk mengkonsumsi makanan apabila tidak merasa mual
O : klien hanya makan makanan yang disediakan dari RS

S : klien mengatakan masih lemas
O: klien terpasang infus RL 20 tpm




S : klien mengatakan sedikit sakit
O : obat masuk tanpa kontraindikasi dank lien tidak alergi

S : klien mengatakan lebih nyaman saat bernafas
O : RR: 25x/mnt

S : klien merasa demam dan pusing
O : TD 130/80mmHg
RR 25x/mnt
N 76x/mnt
T 38 oC

S: klien mengatakan nyeri sedikit berkurang skala nyeri 5
O: Klien tampak sedikit rileks

S : Kien mengatakan akan berusaha banyak minum
O : Klien minum 2 gelas

S : klien mengatakan sedikit nyaman
O: T: 370C

S : klien mengatakan tempat tidurnya kotor
O : mengganti alas tempat tidur

S : klien mengatakan tidak ada masalah untuk mengkonsumsi makanan apabila tidak merasa mual
O : klien hanya makan makanan yang disediakan dari RS

S : klien mengatakan masih mual
O : 24x/mnt

S : klien mengatakan masih lemas
O: klien terpasang infus RL 20 tpm



S : klien mengatakan sedikit sakit
O : obat masuk tanpa kontraindikasi dank lien tidak alergi

S : klien mengatakan lebih nyaman saat bernafas
O : RR: 24x/mnt

S : klien merasa demam dan pusing
O : TD 130/100mmHg
RR 24x/mnt
N 79x/mnt
T 37 oC

S: klien mengatakan nyeri sedikit berkurang skala nyeri 4
O: Klien tampak sedikit rileks

S : klien mengatakan tempat tidurnya kotor
O : mengganti alas tempat tidur

S : klien mengatakan tidak ada masalah untuk mengkonsumsi makanan apabila tidak merasa mual
O : klien hanya makan makanan yang disediakan dari RS

S : klien mengatakan masih lemas
O: klien terpasang infus RL 20 tpm


2.   Medical management
a.  IVF ,O2 Therapi

Medical management
Tanggal
Penjelasan umum
Indikasi dan tujuan
Respon klien
Infus RL 20tpm







Terapi O2
9-11-11








9-11-11
Merupakan larutan isotonic NaCl, KCl, CaCl, natrium laktat yang komposisinya mirip dengan cairan ekstraseluler


Suatu terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.
Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit





-Untuk mengatasi keadaan hipoksemia
-menurunkan kerja napas dan kerja miokard
Indikasi :
-klien dengan kadar Orendah
-klien dengan peningkatan kerja napas
-klien dengan peningkatan kerja miokard
S : klien tidak alergi dan tidak mengalami kontraindikasi terhadap infuse RL 20tpm.

S: Kien merasa lebih nyaman dalam bernapas



b.     Obat-obatan

Nama obat
Tanggal
Cara, dosis, frekuensi
Klasifikasi, cara kerja, dan fungsi
Respon klien
Cefotaxime
500 mg








Etaphillyne
250mg





Methilprednisolon
125mg
9 november 2011








9 november 2011





11 november 2011
Parenteral 2x1
Diencerkan dalam 5 ml air steril bakteriostatik untuk injeksi intravena



Oral 2x250mg






Injeksi intravena
2x1gr
Pengobatan infeksi kulit dan struktur kulit yang serius infeksi tinggi tulang sendi, infeksi saluran kemih dan ginekologi

Pengobatan system pernapasan




Diindikasikan untuk penyakit pada saluran pernapasan
S : klien tidak alergi
O : obat masuk






S : klien meminum obat
O : klien tampak tidak alergi

S : klien tampak tidak alergi
O : obat masuk




c.     Diet

Jenis diet
Tanggal
Penjelasan umum
Indikasi dan tujuan
makanan
Respon klien
Rendah purin
9 - 11 nov 2011
Pembatasan konsumsi jeroan, sarden, burung, kaldu, emping, tape.
Membatasi konsumsi bahan makanan sumber lemak jenuh
Untuk menurunkan kadar asam urat hingga normal

Yang tidak mengandung purin
S : klien merasakan mual
O : klien makan habis 1 porsi

d.     Aktivitas dan latihan

Jenis aktivitas dan latihan
Tanggal
Penjelasan umum
Indikasi dan tujuan
Respon klien
Klien tidak mengalami gangguan mobilitas gerak atau imobilitas








E.      Evaluasi
1.Evaluasi keperawatan

Tanggal/hari/jam
No.dx
Catatan perkembangan klien
paraf
Rabu
9 november 2011
14.00






































































Kamis
10 november 2011
14.00





















































Jumat
11 november 2011
14.00









































1














2















3










4










5



















1









2










3











4









5













1









2








3







4












5



S : klien mengatakan sesak napas
O :
-    klien tampak lemas
-    RR: 26x/menit
-    TD 150/90 mmHg
-    terdengar bunyi ronkhi di kedua paru
A : masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          kaji fungsi pernapasan
-          kaji TTV
-          atur posisi klien semi fowler
-          latih napas dalam

S : Klien mengatakan nyeri dada
O :
-          N : 76x/menit
-          RR : 26x/menit
-          Klien tampak lemas
-          Skala nyeri 6
-          Klien tampak menahan nyeri
A : masalah nyeri belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          Kaji laporan nyeri,catat lokasi, durasi, intensitas, selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
-          Ajarkan teknik relaksasi


S : klien mengeluh demam
O : suhu 38oC
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
-          Monitor tanda-tanda vital
-          Anjurkan klien minum air putih 8 gelas /hari
-          Beri kompres hangat
-          Anjurkan menggunakan pakaian yang longgar dan tipis

S : klien mengatakan sulit tidur dimalam hari
O : ada sedikit lingkar gelap dimata
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          kaji penyebab gangguan tidur
pastikan tempat tidur nyaman dan bersih


S : klien mengeluh mual
O :
-          klien tampak lemas
-          bising usus 25x/mnt
-          klien mengatakan makan habis 1/2 porsi
-          turgor kulit tidak elastis
A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          kaji kebiasaan diit
-          identifikasi factor penyebab mual
-          auskultasi bising usus
-          anjurkan klien untuk makan porsi kecil tapi sering
-          berikan kebersihan oral
-          kolaborasi berikan nutrisi parenteral, terapi IV sesuai indikasi

S : klien mengatakan sesak berkurang
O :
-          bunyi ronkhi sedikit berkurang
-          RR 25x/menit
A : masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          latih napas dalam
-          atur posisi fowler

S : klien mengatakan nyeri berkurang
O :
-          skala nyeri 5
-          TD 130/80mmhg, T : 38°C
-          N : 76x/menit, RR : 25x/menit

A : masalah nyeri belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          Ajarkan teknik relaksasi


S : klien mengatakan demam sedikit berkurang
O :
-          TD 130/80mmhg, T : 38°C
-          N : 76x/menit, RR : 25x/menit
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-           Monitor tanda-tanda vital
-          Anjurkan klien minum air putih 8 gelas /hari
-          Beri kompres hangat

S : klien mengatakan tidur malam sering terbangun
O :  tampak lingkaran gelap di sekitar mata
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P  : pertahankan intervensi
-          pastikan tempat tidur dalam keadaan nyaman dan bersih

S : klien mengatakan mual berkurang
O :
-          makan 2 x sehari
-          bising usus 24x/mnt
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          kolaborasi, berikan nutrisi parenteral
-          auskultasi bising usus
-          anjurkan klien untuk makan porsi kecil tapi sering
-          kolaborasi berikan nutrisi parenteral

S : Kien mengatakan sesak berkurang
O :
-          Klien tampak rileks
-          TD 130/100mmHg N 79x/menit
-           T : 37°C  RR  24x/menit
-          Terpasang O2
A : Masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          latih napas dalam
   
  S : klien mengatakan nyeri berkurang
O :
-          skala nyeri 4
-          TD 130/100mmhg, T : 37°C
-          N : 79x/menit, RR : 24x/menit
A : masalah  nyeri belum teratasi
P : pertahankan intervensi
-          Ajarkan teknik relaksasi

S : klien merasakan sudah tidak demam
O :
-          TD 130/100mmHg T 37°C 
-          N 79x/menit RR 24x/menit
A : masalah hipertermi teratasi
P : pertahankan kondisi yang ada


S : Kien mengatakan semalam sudah bisa tidur namun kadang-kadang masih terbangun
O :
-          Klien tampak sedikit rileks
-          Terdapat lingkar gelap dibawah mata
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
-          pastikan tempat tidur dalam keadaan nyaman dan bersih

S : Klien mengtakan mual sudah hilang
O : makan habis 1 porsi diit
A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi
P : pertahankan kondisi yang ada



2.   perkembangan sehari-hari klien
Perkembangan/hari
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Masalah keperawatan







Tanda-tanda vital :
TD
Suhu
RR
Nadi


Prosedur diagnostic




Obat





Medical management

Diet
Sesak napas
Nyeri dada
Demam
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pola tidur



150/90 mmHg 
 38°C
26x/menit
76x/menit


Peningkatan netrofil segmen dan urin  acid, penurunan limfosit dan monosit

Cefotaxime 2x1gr
etaphillyne 2x250mg




Infus RL 20 tpm


Rendah purin
Sesak napas
Nyeri dada
Demam
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pola tidur


130/80 mmHg  38°C
25x/menit
76x/menit







Cefotaxime 2x1gr
etaphillyne 2x250mg


 Infus RL 20 tpm

Rendah purin
Sesak napas
Nyeri dada
Gangguan pola tidur






130/100 mmHg
 37°C 
24x/menit
79x/menit







Cefotaxime 2x1gr
Methyl prednisolon
2x125mg

Infus RL 20 tpm


Rendah purin














BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Analisa kasus
Sesuai dengan teori, klien juga mengalami manifestasi klinis seperti:
1.      dyspnea
       sesak napas dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot aksesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada, streddor.
2.      Ortopnea
       Pernapaan yang sulit kecuali pada posisi tegak
3.      Auskultasi
       Terdengar bunyi ronkhi
4.      Batuk kering
       Tidak produktif, sekret kental, dan lumen jalan napas sempit.

Sesuai derajat asma yang ada, klien mengalami :
Persisten berat
Yaitu suatu Gejala asma yang terjadi terus menerus dan serangan sering terjadi, gejala asma malam terjadi hamper setiap malam. Akibatnya faal paru sangat menurun.

Menurut tarwoto dan wartonah, ada beberapa factor yang mempengaruhi tidur, seperti halnya yang dialami klien :
1.      Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau dispresifisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur
2.      Stress psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

Menurut mubarak dan chayatin (2007) pola tidur berdasarkan usia atau tingkat perkembangan individu, jadi klien termasuk dalam:
1.      Dewasa menengah
Tidur sekitar 6 jam perhari, 20 %, 25 %, tidur REM. Individu dapat mengalami insomnia dan sering  terjaga sewaktu tidur. Tahap IV NREM menurun, bahkan terkadang tidak ada.

B.      Penemuan
Tuan K berusia 70 tahun, dirawat di RSI pekajangan dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri,   sesak napas, mual, demam, batuk ngikil.
DO :
-       Klien tampak lemas
-       TD 150/90 mmHg
-       Nadi 76x/menit
-       Suhu 3x9,5oC
-       RR 28x/menit
-       Ada sedikit llingkar hitam di bawah mata klien
-       Terdengar suara ronkhi di kedua paru
-       Suara bising usus 25x/menit
-       Terapi yang didapatkan infuse RL 20tpm
-       Diet rendah purin
-       pemakaian bantuan oksigen 3l/mnt

1.   permasalahan
a.  nyeri dada sebelah kiri dan sesak napas
           hal ini diakibatkan adanya ketidakefektifan pola pernapasan yang disebabkan kurangnya suplai oksigen.
b.  peningkatan suhu 39,5oC
hal ini karena adanya masalah hipertermi yang disebabkan peningkatan metabolisme karena proses penyakit.

c.  Mual
Adanya resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena mual.
d.  Sulit tidur
           Adanya gangguan tidur seperti kerusakan transport oksigen dan batuk terus menerus dapat menyebabkan masalah gangguan pola tidur.
2.   Diagnosa keperawatan
a.     Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen
b.     Nyeri berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk
c.     Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
d.     Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

C.    Kesimpulan
1.   Pengkajian
        Hal-hal yang perlu ditanyakan ataupun dikaji seperti biodata lengkap dari klien dan penanggung jawab klien.
Setelah itu factor-faktor seperti keadaan social, ekonomi, serta lingkungan klien perlu dikaji juga.
Tidak lupa riwayat kesehatan dari penyakit sekarang, penyakit dahulu, keluhan utama, dan kesehatan keluarga.
Pola kesehatan Gordon yang berisi 11 komponen.
2.   Diagnosa
Ada 5 macam diagnose yang muncul dari masalah ini:
a.  Ketidakefektifan pola napas
b.  Nyeri
c.  Hipertermi
d.  Gangguan pola tidur
e.  Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.   Intervensi
Ada beberapa intervensi seperti
a.  Mengkaji fungsi pernapasan
b.  Atur posisi klien semi fowler
c.  Pemberian kompres hangat
d.  Kaji masalah gangguan tidur, karakteristik dan penyebab kurang tidur
e.  Identifikasi factor yang menyebabkan mual
4.   Implementasi
Sebisa mungkin intervensi yang telah dibuat dapat diterapkan dan dilakukan kepada klien agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan intervensi yang dibuat
5.   Evaluasi
Perkembangan sehari-hari klien mengalami kemajuan, walaupun ada beberapa intervensi yang masih belum dapat dihentikan dan masalah belum teratasi. Namun masalah seperti demam dan mual telah teratasi, gangguan tidur dan sesak napas sedikit berkurang.



Daftar pustaka

Doengoes, marllyn, E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC
Carpenito,mayet,Lynda juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Potter,P dan Perry A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dalam Praktik (Edisi 4 Volume 1).Jakarta:EGC
Mubarak,W dan Chayatin,N.2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:EGC
Wartonah, Tarwoto.2003.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan (Edisi 3). Jakarta:Salemba Medika
Yasmin, Gede Nulih. ( 2004 ). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta.EGC
www.mall_archive.com/millis-nakita@newsglamedia-majalah.com


2 komentar: