SISTEM ENDOKRIN
“ HIPOPITUITARISME
“
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem endokrin
Dosen
pengampu : Nuniek Nizmah Fajriah, SKP.
Disusun Oleh :
Kelompok II
1.
Siti Kurniasih (
08.0326.S )
2.
Iis Sugiarti (
10.0535.S )
3.
Jajang Nur Jaman (
10.0538.S )
4.
Kholisa Agustina (
10.0540.S )
5.
Lina Ayu Pramatasari (
10.0542.S )
6.
Luluk Alfaini Fikriyati (
10.0545.S )
7.
Ma’rifatul Laili (
10.0547.S )
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa
karena hipofisis mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin
lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya
secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui
mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin
lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau
mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan
posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme )
dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada
hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama.
Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar
hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak
adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi
hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan
hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita
yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat
melahirkan.
(Smeltzer,
Suzanne.C. 2001.
)
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan
umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem endokrin.
2. Tujuan
khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini
mahasiswa dapat:
a. Mengetahui
pengertian penyakit hipopituitarisme
b. Mengetahui
klasifikasi dari hipopituitarisme
c. Mengetahui
penyebab terjadinya hipopituitarisme
d. Mengetahui
tanda dan gejala penyakit hipopituitarisme
e. Mengetahui
dan memahami focus pengkajian pada penyakit hipopituitarisme
f. Mengetahui
dan memahami focus perencanaan pada penyakit hipopituitarisme
g. Memahami
contoh kasus penyakit hipopituitarisme
dan mengetahui asuhan keperawatan yang harus diberikan pada penderita hipopituitarisme
C.
Manfaat Penulisan
Dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat menetahui cara hidup sehat,
menambah pengetahuan dan pendalaman, penelitian tentang pasien dengan gangguan
gagal jantung.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Hipopituitarisme adalah keadaan yang
timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi
hormon tiroid, adrenal, gonadal dan hormon pertumbuhan akibat penyakit
hipofisis. Pada setiap pasien dengan defisiensi hormonal ini, kemungkinan
adanya defisiensi lain harus dicari. Kadang-kadang timbul akut berupa apopleksi
hipofisis dimana terdapat infark hemoragik pad atumor hipofisis, biasanya
disertai nyeri disertai kepala berat
mendadak dan seringkali bersama dengan defek lapanng pandang. Hipopituitarisme
memilki prevalensi 30/100.000. (Gledle
Jonathan, 2005:143)
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran
penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior.
Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang
berkaitan dengandefisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.
B.
Etiologi
Sindrom ini disebabkan oleh kelainan
destrutif pada kelenjar hipofisis. Penyebab yang sering ialah :
1.
Sheehan’s
postpartum pituitary necrosis
2.
Adenoma
khoromofob
3.
Craniopharyngioma
4.
Kelainan-kelainan lain
yang mungkin juga menimbulkan hipopitutarisme ialah radang, terutama
tuberculosis, sarcoidosis. Kadang-kadang penyebab dari pada destruksi hipofisis
tidak jelas dan hanya tampak sebagai fibrosis saja.
(dr.
Sutisna Himawan, 1994)
Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat
malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebab menyangkut :
1. Infeksi
atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.
2. Penyakit
autoimun (Hipofisis limfoid autoimun).
3. Tumor,
misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan
salah satu atau semau hormon lain.
4. Umpan
balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi
penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit
mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.
5. Nekrotik
hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat
merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan,
yang terjadi setelah perdarahan maternal.
C.
Klasifikasi
1. Hypophyseal
Cachexia ( Penyakit Simmonds ):
a. Dapat
terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa.
b. Lebih
sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1
c. Penderita
dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya, kadang-kadang sampai 30-40
tahun.
Gejala-gejala
klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, thyroid atau gonad, yang
terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar yang mengalami
insufiensi itu bisa berbagai macam ; yang paling sering ialah kombinasi
hipothyroidisme dan hipoadrenalisme.
2. Hypophyseal
Dwarfism ( Jenis Lorain-Levi ):
a. Pada
anak yang sedang tumbuh
b. Terjadi
dwarfisme yang simetrik.
Penyebab
yang paling sering ialah ; craniopharyngioma. Kadang-kadang juga disebabkan
juga oleh : nekrosis iskhemik, kista, atau radang.
3. Sindrom
Froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis ):
a. Obesitas
jenis eunuchoid.
b. Pertumbuhan
yang tidak sempurna daripada gonad dan genital.
c. Cirri-ciri
sex sekunder tidak ada, disfungsi seksual, dan kulit yang halus.
d. Terjadi
pada usia muda.
e. Dapat
menyerang baik laki-laki maupu wanita dengan perbandingan yang sama.
(dr.
Sutisna Himawan, 1994)
D.
Manifestasi
Klinis
Pada anak-anak, terjadi gangguan
pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari defisiensi
tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual
sekunder dan genitalia eksterna gagal berkembang. Selain itu sering pula
ditemukan berbagai derajat insifisiensi adrenal dan hipitiroidisme, mereka
mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan perkembangan
intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH.
Pada orang dewasa, kehilangan fungsi
hipofisis sering mengikuti kronologis seperti defisiensi GH, hipogonadisme,
hipotiroidisme, dan insufisiensi adrena. Karena orang dewasa telah
menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan
hipotuitarisme adalah normal.
Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin
ditemukan yaitu :
1. Terjadinya
hipogonadisme.
2. Penurunan
libido, impotensi, progresif pertumbuhan rambut dan bulu ditubuh, jenggot,
berkurangnya perkembangan otot pada pria.
3. Pada
wanita, berhentinya siklus menstruasi atau aminorea yang merupakan tanda awal
dari kegagalan hipofisis. Kemudian di ikiti atrofi payudara dan genetalia
eksterna.
(Price
Syvia A, 2005:1216-1217)
Sakit kepala dan gangguan penglihatan
atau adanya tanda-tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkin
merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.
1.
Gambaran dari produksi
hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar
demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia
(nyeri sendi).
2. Hiperprolaktinemia
: amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi
pada pria.
3. Sindrom
Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus,
osteoporosis.
4. Defisiensi
hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
5. Defisiensi
Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria,
amenore pada wanita.
6. Defisiensi
TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari
hipertiroidism.
7. Defisiensi
Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala –
gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa,
gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.
8.
Defisiensi Vasopresin :
poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.
E.
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pemeriksaan
Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid
dalam urin menurun, BMR menurun.
2. Pemeriksaan
Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.
a. Foto
polos kepala.
b. Poliomografi
berbagai arah (multi direksional).
c. Pneumoensefalografi.
d. CTScan.
e. Angiografi
serebral.
3. Pemeriksaan
Lapang Pandang.
a. Adanya
kelainan lapangan pandang mencurigakan.
b. Adanya
tumor hipofisis yang menekankiasma optik.
4. Pemeriksaan
Diagnostik.
a. Pemeriksaan
kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.
b. Pemeriksaan
ACTH, TSH, dan LH.
c. Tes
provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
d. Tes
provokatif.
F.
Penatalaksanaan
Pengobatan hipopituitarisme mencakup
penggantian hormon-hormon yang kurang. GH manusia, hormon yang hanya efektif
pada manusia, dihasilkan dari tehnik rekombinasi asam deoksiribonukleat(DNA),
dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan defesiensi GH dan hanya dapat
dikerjakan oleh dokter spesialis.
GH manusia jika diberikan pada anak-anak
yang menderita dwarfisme hipofisis, dapat menyebabkan peningkatan tinggi badan
yang berlebihan. GH manusia rekombinan juga dapat digunakan sebagai hormon
pengganti pada pasien dewasa dengan panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya
dapat diberikan dengan cara disuntikan.
Sehingga, terapi harian pengganti hormon
kelenjar target akibat defesiensi hipofisis untuk jangka waktu yang lama, hanya
diberikan sebagai alternatif.
( Price
Syvia A, 20051217)
G.
Asuhan Keperawatan Fokus
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada klien dengan
kelainan ini antara lain mencakup:
a.
Riwayat penyakit masa
lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
b.
Sejak kapan keluhan
diarasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
c.
Apakah keluhan terjadi
sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat pada klien kretinisme.
d.
Kaji TTV dasar
untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
e.
Berat dan tinggi badan
saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan perumbuhan anak dengan
standar.
f.
Keluhan utama klien:
-
Pertumbuhan lambat.
-
Ukuran otot dan tulang
kecil.
-
Tanda – tanda seks
sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara
tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain – lain.
-
Interfilitas.
-
Impotensi.
-
Libido menurun.
-
Nyeri senggama pada
wanita.
g.
Pemeriksaan fisik
-
Amati bentuk dan ukuran
tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut
axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot
dan kumis).
-
Palpasi kulit, pada
wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab
hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila
penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi
serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
h.
Kaji pula dampak
perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
i.
Data penunjang dari
hasil pemeriksaan diagnostik seperti :
-
Foto kranium untuk
melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
-
Pemeriksaan serta serum
darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron,
test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid
releasing hormone.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan hipopituitarisme adalah:
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan hipopituitarisme adalah:
a.
Gangguan citra tubuh
yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat
defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
b.
Koping individu tak
efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.
c.
Harga diri rendah
berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
d.
Gangguan persepsi
sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai
akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
e.
Ansietas berhubungan
dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
f.
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.
g.
Resiko gangguan
integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal.
h. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan Melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat gangguan
hormonal.
3.
INTERVENSI
Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah :
Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah :
a.
Klien memiliki kembali
citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
b.
Klien dapat
berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.
c.
Klien dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehari – hari.
d.
Klien bebas dari rasa
cemas.
e.
Klien terhindar dari
komplikasi.
1.
Dx : Gangguan Citra
Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
a.
Melakukan kegiatan
penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan,
kehadiran diri.
b.
Penampilan dalam
perawatan diri / tanggung jawab peran.
Intervensi :
a.
Dorong individu untuk
mengekspresikan perasaan.
R: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.
R: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.
b.
Dorong individu untuk
bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan.
R: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan.
R: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan.
c.
Tingkatkan komunikasi
terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.
R: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi.
R: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi.
d.
Berikan kesempatan
berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama.
R: Sebagai problem solving
R: Sebagai problem solving
e.
Bantu staf mewaspadai
dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain.
R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.
R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar