Kamis, 03 Mei 2012

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Nyeri Kepala


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sakit kepala atau selfagia adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit organik ( neurologik atau penyakit lain), respons stres, vasodilatasi(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang), atau kombinasi respons tersebut.
(Smeltzer, Suzana C. Hal 2163, 2001)
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai,baik di praktek seorang dokter umum, maupun di praktek seorang spesialis. Di praktek seorang ahli saraf umpamanya 20 % dari penderita yang datang mengeluh tentang nyeri kepala. Di Amerika Serikat telah dicatat bahwa terdapat 25 juta penderita, yang menyebabkan hilangnya 180 juta hari krja dan menyebabkan biaya yang terbuang 10 milyar dolar
Di samping ini nyeri kepala bukan merupakan suatu penyakit baru, tetapi telah ada sejak 3000 tahun sebelum Kristus lahir
Meskipun nyeri kepla sering dijumpai, dan telah lama diketahui tetapi hingga sekarang banyak hal baik mengenai patogenesis, maupun mengenai terapi yang masih belum jelas. Karena hal ini para pakar sering  mengadakan simposium mengenai sefalgia.
(Markam, Soekarno. Hal 211)
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana dengan konsep teori dari nyeri kepala ( sefalgia ) ?
2.      Bagaimana dengan asuhan keperawatan pada nyeri kepala ( sefalgia )?





C.    TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi mata kuliah system neurobehavior. Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat mengetahui lebih dalam tentang nyeri kepala ( sefalgia )  yang akan dibahas dalam makalah ini.

2.      Tujuan Khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat :
a.       Mengetahui definisi nyeri kepala ( sefalgia ) a dari beberapa teori yang ada.
b.      Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan nyeri kepala ( sefalgia )  seperti etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnosis, penatalaksanaan dan patofisiologis dari nyeri kepala ( sefalgia ).
c.       Mengetahui pengkajian yang dilakukan untuk klien dengan gangguan nyeri kepala ( sefalgia ).
d.      Mengetahui diagnose keperawatan yang muncul berdasarkan manifestasi klinis.
e.       Mengetahui intervensi beserta evaluasi keperawatan pada klien dengan nyeri kepala ( sefalgia ).




BAB II
KONSEP TEORI
A.    DEFINISI
Nyeri kepala atau sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah, dan leher.
(Arif Mansjoer M. 2000. Hal 34 )
Sakit kepala atau sefalgia adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut
(Brunner & Suddart, 2002. Hal 2163 ).
B.     KLASIFIKASI
Klasifikasi the international headache society ( HIS ) pada tahun 1988 membagi nyeri kepala menjadi 2 kategori utama :
1.      Primer
a.       Migren
b.      Nyeri kepala karena ketegangan
c.       Nyeri kepala cluster
2.      Sekunder
Terjadi karena gangguan organic lain, seperti :
a.       Infeksi
b.      Thrombosis
c.       Penyakit metabolisme
d.      Tumor, dan
e.       Penyakit sistemik lainnya.
( Sylvia Anderson Price, 2005. Hal 1091 )


Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1.      Migren (dengan atau tanpa aura)
2.      Sakit kepal tegang
3.      Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4.      Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5.      Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6.      Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7.      Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8.      Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9.      Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10.  Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11.  Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12.  Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

C.    ETIOLOGI
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut ( Lance, 2000 ) :
1.      Peregangan atau pergeseran pembuluh darah ; intrakranium atau ekstrakranium
2.      Traksi pembuluh darah
3.      Kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot )
4.      Peregangan periosteum ( nyeri local )
5.      Degenerasi spina servikal atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis ( misalnya, arthritis vertebra servikalis )
6.      Defisiensi enkefalin ( peptide otak mirip-opiat, bahan aktif pada endorphin )
( Sylvia Anderson Price, 2005. Hal 1091 )

D.    PATOFISIOLOGI

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
 Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis) Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.





E.     MANIFESTASI KLINIS
1.      Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a.       Fase aura
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
b.      Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
c.       Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.


2.      Cluster Headache

Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

3.      Tension Headache

Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksanotot.


F.     PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum, tatalaksana berupa :
1.      Saat serangan beri terapi simtomatik
2.      Bila factor pencetus dikenali maka harus dihindari
3.      Ansietas dan depresi harus diobati
4.      Relaksasi dan latihan pernafasan

Terapi simtomatik
1.      Banyak pasien yang membaik dengan pemberian aspirin atau paracetamol. Beberapa pasien mendapat hasil yang lebih baik bila ditambahkan fenobarbital dosis kecil.
2.      Nyeri kepala hebat dapat diobati dengan kodein 30-60 mg
3.      Nausea dan fomitus dapat dihilangkan dengan prometazin 25-50 mg atau proglorperazin 5-10 mg
4.      Bila pasien tidak dapat tidur, dapat diberikan nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur
5.      Penggunaan yang berlebihan dari obat-obat yang mengandung barbiturate, kafein dan opiate harus dihindari karena dapat menimbulkan eksaserbasi nyeri kepala bila obat tersebut dihentikan
6.      Migren yang disertai kelainan saraf ( migren komplikata ), ergotamine sebaiknya tidak diberikan. Obat yang dianjurkan adalah propanolol HCL dengan dosis 3-4 x 40 mg sehari. Hati-hati kontraindikasi propanolol.
7.      Migren menstrual diberikan anti inflamasi nonsteroid 2 hari sebelum haid, sampai haid berhenti, yaitu natrium naproksen, asamefenamat, atau ketoprofen, dll
Terapi abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya pada saat mulai timbul nyeri kepala. Obat yang dapat digunakan :
1.      Ergotamine tartrat dapat diberikan persendiri atau dicampur dengan obat antiemetic, analgesic, atau sedative. Banyak preparat yang dicampur dengan kafein untuk potensiasi efek ( cavergot ) atau ditambah lagi zat sedative luminal ( bellapheen atau ergophen ). Kontraindikasi pemberian ergotamine adalah adanya penyakit pembuluh darah arteri perifer atau pembuluh koroner, penyakit hati atau ginjal, hipertensi, atau kehamilan. Efek sampingnya mual, muntah, dank ram. Ergotisme dapat terjadi berupa gangguan mental dan gangrene. Dosis oral umunya 1 mg pada saaat serangan, di ikuti 1mg setiap 30 menit, sampai dosis maksimum 5 mg per serangan atau 10 mg per minggu.
2.      Dihidroergotamin ( DHE ) merupakan argonis reseptor 5-HTI ( Serotinin ) yang aman dan efektif untuk menghilangkan serangan migren dan efek samping mual yang kurang dan lebih bersifat venokontrikson. Dosis 1 mg intravena selama 2-3 menit dan didahului dengan 5-10 mg metoklopramit ( primperan ) untuk menghilangkan mual dan dapat diulang setiap satu jam total 3 mg.
3.      Sumatriptan subsinat ( imitrex ) merupakan zat yang bekerja sebagai agonis selektif reseptor 5-hidroksi triptamin ( 5-HTID ) yang efektif dan cepat menghilangkan serangan nyeri kepala migren. Obat ini dapat diberikan subkutan dengan sebuah autoinjektor. Sumatriptan terbukti efektif dalam menghilangkan nyeri kepala dan mual pada migren. Dosis lazim adalah 6 mg subcutan, dapat diulang dalam waktu 1 jam bila diperlukan ( jangan melampaui 12 mg /24 jam ). Efek samping ringan berupa reaksi local pada kulit, muka merah, kesemutan dan nyeri leher, serta kadang-kadang nyeri dada, kontraindikasi obat ini adalah angina, penyakit koroner, hipertensi atau penggunaan yang bersamaan dengan ergotamine atau vasokontriktor lainnya. Sumatriptan tidak boleh diberikan pada migren basiler atau migren hemiplegit.
( Mansjoer, Arif M. 2000. Hal 38-39 )


G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2.      MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3.      Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
4.      Fotosinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.
( Jison, 2009. Hal 250 )



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.
1.      Data Subyektif
a.       Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b.      Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c.       Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d.      Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
e.       Awal serangan sakit kepala.
f.       Ada gejala prodomal atau tidak
g.      Ada gejala yang menyertai.
h.      Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i.        Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j.        Ada alergi atau tidak.

2.      Data Obyektif
a.       Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b.      Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c.       Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d.      Suhu badan
e.       Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a.       Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar