PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sakit kepala atau selfagia adalah salah satu keluhan
fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan
penyakit dan dapat menunjukan penyakit organik ( neurologik atau penyakit
lain), respons stres, vasodilatasi(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala
tegang), atau kombinasi respons tersebut.
(Smeltzer, Suzana C. Hal 2163,
2001)
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering
dijumpai,baik di praktek seorang dokter umum, maupun di praktek seorang
spesialis. Di praktek seorang ahli saraf umpamanya 20 % dari penderita yang
datang mengeluh tentang nyeri kepala. Di Amerika Serikat telah dicatat bahwa
terdapat 25 juta penderita, yang menyebabkan hilangnya 180 juta hari krja dan
menyebabkan biaya yang terbuang 10 milyar dolar
Di samping ini nyeri kepala bukan merupakan suatu
penyakit baru, tetapi telah ada sejak 3000 tahun sebelum Kristus lahir
Meskipun nyeri kepla sering dijumpai, dan telah lama
diketahui tetapi hingga sekarang banyak hal baik mengenai patogenesis, maupun
mengenai terapi yang masih belum jelas. Karena hal ini para pakar sering mengadakan simposium mengenai sefalgia.
(Markam, Soekarno. Hal 211)
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
dengan konsep teori dari nyeri kepala ( sefalgia ) ?
2. Bagaimana
dengan asuhan keperawatan pada nyeri kepala ( sefalgia )?
C.
TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi mata kuliah system
neurobehavior. Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat
mengetahui lebih dalam tentang nyeri kepala ( sefalgia ) yang akan dibahas dalam makalah ini.
2. Tujuan
Khusus
Diharapkan setelah
membaca makalah ini, pembaca dapat :
a. Mengetahui
definisi nyeri kepala ( sefalgia ) a dari beberapa teori yang ada.
b. Mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan nyeri kepala ( sefalgia ) seperti etiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnosis, penatalaksanaan dan patofisiologis dari nyeri kepala (
sefalgia ).
c. Mengetahui
pengkajian yang dilakukan untuk klien dengan gangguan nyeri kepala ( sefalgia
).
d. Mengetahui
diagnose keperawatan yang muncul berdasarkan manifestasi klinis.
e. Mengetahui
intervensi beserta evaluasi keperawatan pada klien dengan nyeri kepala (
sefalgia ).
BAB II
KONSEP TEORI
A.
DEFINISI
Nyeri
kepala atau sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat
atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah, dan
leher.
(Arif Mansjoer M. 2000. Hal 34 )
Sakit kepala
atau sefalgia adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit
kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon
tersebut
(Brunner & Suddart, 2002. Hal 2163 ).
B.
KLASIFIKASI
Klasifikasi
the international headache society ( HIS ) pada tahun 1988 membagi nyeri kepala
menjadi 2 kategori utama :
1. Primer
a. Migren
b. Nyeri
kepala karena ketegangan
c. Nyeri
kepala cluster
2. Sekunder
Terjadi karena gangguan
organic lain, seperti :
a. Infeksi
b. Thrombosis
c. Penyakit
metabolisme
d. Tumor,
dan
e. Penyakit
sistemik lainnya.
( Sylvia
Anderson Price, 2005. Hal 1091 )
Klasifikasi sakit
kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of
the International Headache Society sebagai berikut:
1.
Migren (dengan atau tanpa aura)
2.
Sakit kepal tegang
3.
Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4.
Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi
struktural.
5.
Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6.
Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler
(mis. Perdarahan subarakhnoid).
7.
Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial
non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8.
Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia
tau putus obat.
9.
Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala
yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala
atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur
sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia
kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
C.
ETIOLOGI
Beberapa
mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala adalah
sebagai berikut ( Lance, 2000 ) :
1. Peregangan
atau pergeseran pembuluh darah ; intrakranium atau ekstrakranium
2. Traksi
pembuluh darah
3. Kontraksi
otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot )
4. Peregangan
periosteum ( nyeri local )
5. Degenerasi
spina servikal atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis ( misalnya,
arthritis vertebra servikalis )
6. Defisiensi
enkefalin ( peptide otak mirip-opiat, bahan aktif pada endorphin )
( Sylvia
Anderson Price, 2005. Hal 1091 )
D.
PATOFISIOLOGI
Sakit kepala
timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala
dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka
nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala,
arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges,
terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta
arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri
tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis) Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis) Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
E.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik
dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a.
Fase aura
Berlangsung lebih kurang 30 menit,
dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang
digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah
gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan
tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
b.
Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang
berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan
muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau
beberapa hari.
c.
Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan
kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan
biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
2.
Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk
sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang
dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata
berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang
menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
3.
Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat
menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan
sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada
tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar
sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik
daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini
merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan
untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksanotot.
F.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
secara umum, tatalaksana berupa :
1. Saat
serangan beri terapi simtomatik
2. Bila
factor pencetus dikenali maka harus dihindari
3. Ansietas
dan depresi harus diobati
4. Relaksasi
dan latihan pernafasan
Terapi
simtomatik
1. Banyak
pasien yang membaik dengan pemberian aspirin atau paracetamol. Beberapa pasien
mendapat hasil yang lebih baik bila ditambahkan fenobarbital dosis kecil.
2. Nyeri
kepala hebat dapat diobati dengan kodein 30-60 mg
3. Nausea
dan fomitus dapat dihilangkan dengan prometazin 25-50 mg atau proglorperazin
5-10 mg
4. Bila
pasien tidak dapat tidur, dapat diberikan nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur
5. Penggunaan
yang berlebihan dari obat-obat yang mengandung barbiturate, kafein dan opiate
harus dihindari karena dapat menimbulkan eksaserbasi nyeri kepala bila obat
tersebut dihentikan
6. Migren
yang disertai kelainan saraf ( migren komplikata ), ergotamine sebaiknya tidak
diberikan. Obat yang dianjurkan adalah propanolol HCL dengan dosis 3-4 x 40 mg
sehari. Hati-hati kontraindikasi propanolol.
7. Migren
menstrual diberikan anti inflamasi nonsteroid 2 hari sebelum haid, sampai haid
berhenti, yaitu natrium naproksen, asamefenamat, atau ketoprofen, dll
Terapi
abortif
Harus
diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya pada saat mulai timbul nyeri kepala.
Obat yang dapat digunakan :
1. Ergotamine
tartrat dapat diberikan persendiri atau dicampur dengan obat antiemetic,
analgesic, atau sedative. Banyak preparat yang dicampur dengan kafein untuk
potensiasi efek ( cavergot ) atau ditambah lagi zat sedative luminal (
bellapheen atau ergophen ). Kontraindikasi pemberian ergotamine adalah adanya
penyakit pembuluh darah arteri perifer atau pembuluh koroner, penyakit hati
atau ginjal, hipertensi, atau kehamilan. Efek sampingnya mual, muntah, dank
ram. Ergotisme dapat terjadi berupa gangguan mental dan gangrene. Dosis oral
umunya 1 mg pada saaat serangan, di ikuti 1mg setiap 30 menit, sampai dosis
maksimum 5 mg per serangan atau 10 mg per minggu.
2. Dihidroergotamin
( DHE ) merupakan argonis reseptor 5-HTI ( Serotinin ) yang aman dan efektif
untuk menghilangkan serangan migren dan efek samping mual yang kurang dan lebih
bersifat venokontrikson. Dosis 1 mg intravena selama 2-3 menit dan didahului
dengan 5-10 mg metoklopramit ( primperan ) untuk menghilangkan mual dan dapat
diulang setiap satu jam total 3 mg.
3. Sumatriptan
subsinat ( imitrex ) merupakan zat yang bekerja sebagai agonis selektif
reseptor 5-hidroksi triptamin ( 5-HTID ) yang efektif dan cepat menghilangkan
serangan nyeri kepala migren. Obat ini dapat diberikan subkutan dengan sebuah
autoinjektor. Sumatriptan terbukti efektif dalam menghilangkan nyeri kepala dan
mual pada migren. Dosis lazim adalah 6 mg subcutan, dapat diulang dalam waktu 1
jam bila diperlukan ( jangan melampaui 12 mg /24 jam ). Efek samping ringan
berupa reaksi local pada kulit, muka merah, kesemutan dan nyeri leher, serta
kadang-kadang nyeri dada, kontraindikasi obat ini adalah angina, penyakit
koroner, hipertensi atau penggunaan yang bersamaan dengan ergotamine atau
vasokontriktor lainnya. Sumatriptan tidak boleh diberikan pada migren basiler
atau migren hemiplegit.
( Mansjoer, Arif
M. 2000. Hal 38-39 )
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. CT Scan,
menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan,
dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
3. Pungsi
lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini
tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan
tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
4. Fotosinus
paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk menentukan
adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.
( Jison, 2009. Hal 250 )
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Data
subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan
sifat dari sakit kepala.
1.
Data Subyektif
a.
Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan
penyebabnya.
b.
Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c.
Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti
obat-obatan.
d.
Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala
termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
e.
Awal serangan sakit kepala.
f.
Ada gejala prodomal atau tidak
g.
Ada gejala yang menyertai.
h.
Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting
sekali bila migren).
i.
Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j.
Ada alergi atau tidak.
2.
Data Obyektif
a.
Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress,
kecemasan atau nyeri.
b.
Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas
sehari – hari.
c.
Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian
fisik sistem saraf cranial.
d.
Suhu badan
e.
Drainase dari sinus.
Dalam
pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan.
Diantaranya ialah:
a.
Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan
dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar