MAKALAH
PROSEDUR PENGATURAN POSISI DAN
PROSEDUR PERAWATAN LUKA KERING /
POST OPERASI
Disusun
untuk memenuhi tugas persyaratan Ujian OSCA matakuliah Ketrampilan Dasar
Keperawatan
Dosen
: Rita Dwi Hartanti, S.Kep,Ns.
Kelas
1C
Disusun
oleh :
LULUK
ALFAINI FIKRIYATI ( 10.0545.S )
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN PEKAJANGAN
PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2010/2011
PENGESAHAN
Makalah
yang berujudul PROSEDUR PENGATURAN POSISI DAN PROSEDUR PERAWATAN LUKA KERING /
POST OPERASI telah di konsultasikan untuk memenuhi tugas persyaratan mengikuti ujian OSCA mata kuliah Ketrampilan
Dasar Keperawatan.
Pekajangan, 28
Juni 2011
Mengetahui
Rita
Dwi Hartanti, S.Kep,Ns
BAB
I
PENDAHULUAN
Pasien Pasca maupun post operasi membutuhkan
penanganan khusus agar proses penyembuhan berlangsung dengan cepat. Perawat
hendaknya memiliki ketrampilan yang memadai untuk melakukan proses keperawatan
dan membuat asuhan keperawatan.
( Sugeng Jitowiyono, 2010 )
Intervensi keperawatan preoperative klien yang
mengalami pembedahan. Penyuluhan klien didesain untuk membantu klien melewati
periode preoperatifdan mengurangi resiko komplikasi klien selama periode ini.
Penyuluhan ini penting pada pembedahan rawat jalan dan pemulangan awal dari
rumah sakit setelah pembedahan. Perawat harus menggunakan kontak preoperative
dengan klien secara luas dalam upaya keberhasilan penyuluhan klien tentang
perawatan pasca operasi maupun poast operasi. Klien yang telah mendapatkan
informasi dan disaipkan lebih mungkin untuk berpartisipasi penuh dalam
perawatan.
( Perry,Peterson,Potter, 2003 )
Prosedur merawat luka merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan untuk membantu proses percepatan penyembuhan luka. Dan
pembalutan merupakan tindakan keperawatan untuk melindungi luka dengan drainase
tertutup.
( Aziz Alimul Hidayat, 2002 )
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Ketakutan yang berhubungan dengan
pengalaman pembedahan, kehilangan control, dan hasil tidak dapat diperkirakan,
ansieta yang berhubungan dengan prosedur pra operasi ( izin, pembedahan,
pemeriksaan diagnostic, kateter foley, pembatasan diet dan cairan, obat-obatan,
persiapan kulit, ruang tunggu untuk keluarga ) prosedur pasca operasi (
diposisi ruang pemulihan, unit perawatan intensif, obat untuk nyeri, latihan
batuk- membalikkan tubuh-menggerakkan tungkai, pemasangan selang/drein,
puasa/pembatasan diet, tirah baring ) dan prosedur post operasi ( membuka
balutan luka, observasi, membersihkan luka, mengobati luka dan mengganti
balutan luka ).
(
Lynda Juall, 2003 )
Balutan kering melindungi luka dengan
drainase minimal dari kontaminasi mikroorganisme. Balutan dapat hanya berupa
bantalan kasa yang tidak melekat kejaringan luka dan menyebabkan iritasi yang
sangat kecil. Atau dapat menjadi bantalan telfa yang juga tidak melekat pada
insisi atau lubang luka tetapi memungkinkan drainase melalui permukaan yang
tidak melekat dibawah kasa lembut.
( Perry.Peterson.Potter, 2003 )
B. PRINSIP
TINDAKAN
Selama insisi atau luka tetap teerbuka,
pemasangan balutan kering memerlukan teknik steril.
( Perry Potter, 1995 )
C. TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dari prosedur
perawatan luka kering, sebagai berikut :
1. Menurunkan
nyeri
2. Meningkatkan
penyembuhan luka
3. Memperbaiki
hasil kosmetik
4. Pemeliharaan
lingkungan lembab
5. Perlindungan
dari kontaminan luar
6. Perlindungan
dari cidera lebih lanjut
7. Pencegahan
penyebaran mikroorganisme
8. Peningkatan
kenyamanan klien
9. Pengendalian
perdarahan
( Perry.Peterson.Potter. 2003 )
10. Pasien
mendapatka terapi fisik dengan mendemonstrasikan penggunaan alat bantu yang
nyaman setelah post operasi
11. Pasien
mampu melakukan relaksasi
12. Pasien
tidak demam dan nyeri pasien teratas.
( T.M.
Marrelli, 2000 )
D. KONSEP
TEORI
Balutan yang ideal harus mudah
digunakan, dapat mengikuti kontur tubuh, tahan lama tetspi fleksibel,
efektif-biaya, dapat mengabsorpsi atau menampung eksudat, mudah dilepaskan
tanpa merusak permukaan yang sedang proses penyembuhan, dan dapat diterima
dalam hal penampilan.
( Perry,Peterson,Potter, 2003 )
E. INDIKASI
DAN KONTRAINDIKASI
Dilakukan pada pasien yang mengalami
luka insisi atau luka tetap terbuka.luka bersih ataupun luka tak
terkontaminasi.
( Perry Potter, 1995 )
Teknik pembalutan dilakukan bila klien
mengalami perawatan luka secara tertutup.
( Aziz Alimul Hidayat, 2002 )
F. PERSIAPAN
ALAT
1. Sarung
tangan steril
2. Kasa/
balutan steril
3. Gunting
steril
4. Plester
( Aziz Alimul Hidayat, 2002 )
5. Larutan
pembersih yang diresepkan oleh dokter
6. Larutan
garam faal atau air
7. Pengikat
atau balutan sesuai kebutuhan
8. Kantung
tahan air untuk sampah
9. Balutan
kasa ekstra dan surpigad atau bantalan ABD
10. Selimut
mandi
11. Pengangkat
perekat (tidak menjadi keharusan )
12. Alat
pengukur ( tidak menjadi keharusan )
( Perry,Potter,
1995 )
G. RASIONALISASI
No.
|
Langkah-Langkah
|
Rasional
|
1.
|
Jelaskah
prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan luka.
|
Menghilangkan
ansietas klien dan meningkatkan pemahaman proses penyembuhan.
|
2.
|
Susun semua
peralatan yang diperlukan dimeja tempat tidur ( jangan membuka peralatan ).
|
Mencegah
kesempatan merusak teknik steril dengan kelalaian tak disengaja pada
peralatan yang diperlukan.
|
3.
|
Ambil kantung
sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakan kantung dalam jangkauan area
kerja anda.
|
Mencegah
kontaminasi tak disengaja pada bagian atas luar permukaan kantung. Jangan
menyeberangi area steril untuk membuang balutan kotor.
|
4.
|
Tutup ruangan
atau tirai tempat tidur atau atur partisi disekitar tempat tidur. Tutup semua
jendela yang terbuka.
|
Memberikan
klien privasi dan mengurangi udara yang dapat mentransmisikan mikroorganisme.
|
5.
|
Bantu klien
pada posisi nyaman dan selimut pasien mandi hanya untuk memanjankan tempat
luka. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka peralatan steril.
|
Gerakan
tiba-tiba dari klien selama penggantian balutan dapat menyebabkan kontaminasi
luka atau peralatan. Penutupan memberikan jalan masuk pada luka dan
meminimalkan pemanjaan yang tidak perlu.
|
6.
|
Cuci tangan
secara menyeluruh.
|
Menghilangkan
mikroorganisme yang tinggal dipermukaan kulit dan mengurangi transmisi
pathogen pada jaringan yang terpajan.
|
7.
|
Gunakan
sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan, atau balutan.
|
Sarung tangan
mencegah transmisi organism dari balutan kotor pada tangan anda.
|
8.
|
Lepaskan
plaster dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar pada
kulit dan mengarah pada balutan. ( bila masih terdapat plaster dikulit, ini
dapat dibersihkan dengan aseton ).
|
Mengurangi
tegangan pada jahitan atau tepi luka.
|
9.
|
Dengan sarung
tangan atau forsep, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor jauh dari
penglihatan klien.
CATATAN :
bila terdapat drain, angkat setiap balutan stiap kali.
|
Penampilan
drainase dapat mengganggu klien scara emosional. Pengangkatan balutan dengan
hati-hati denga balutan mencegah penarikan tak disengaja pada drain.
|
10.
|
Bila balutan
lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steri atau air.
|
Mencegah
kerusakan permukaan epidermal.
|
11.
|
Observasi
karakter dan jumlah drainase pada balutan.
|
Memberikan
perkiraan hilangnya drainase dan pengkajian kondisi luka.
|
12.
|
Buang balutan
kotor pada kantong sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung.
Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagiab dalam keluar. Buang di tempat
yang tepat.
|
Prosedur mengurangi
transmisi mikroorganisme untuk orang lain.
|
13.
|
Buka nampan
balutan steril atau secara individual tertutup bahan steril. Tempatkan pada
meja tempat tidur atau disamping pasien. Balutan, gunting dan forsep harus
tetap pad nampan steril atau dapat ditempatkan pada penutup steril yang
terbuka digunakan sebagai area steril. Buka botol atau bungkusan larutan anti
septic dan tuangkan kedalam basin steril atau diatas kasa steril.
|
Balutan
steril dan perapatan tetap steril saat dalam permukaan steril. Persiapan
semua bahan mencegah merusak teknik selama mengganti balutan actual.
|
14.
|
Bila penutup
atau kemasan kasa steril menjadi basah akibat larutan antiseptic, ulangi
persiapan bahan.
|
Cairan
bergerak melalui bahan dengan aksi kapiler. Mikroorganisme menjalar dari
lingkungan tidak steril diatas meja atau linen tempat tidur menembus kemasan
balutan kebalutan itu sendiri.
|
15.
|
Kenakan
sarung tangan steril.
|
Memungkinkan
anda memegang balutan steril, instrument dan larutan tanpa menyebabkan kontaminasi.
|
16.
|
Inspeksi
luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutupan
kulit, dan karakter drainase. ( palpasi luka, bila perlu, dengan bagian
tangan non-dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril ).
|
Menentuka
status penyembuhan luka. ( kontak denga permukaan kulit atau drainase
mengkontaminasi sarung tangan ).
|
17.
|
Bersihkan
luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau dilarutkan garam faal.
Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan forsep. Gunakan kasa terpisah
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi kearea terkontaminasi. Gerakan dalam tekanan progresif menjauh
dari insisi atau tepi luka.
|
Penggunaan
forsep untuk mencegah kontaminasi jari yang memakai sarung tangan. Arah
tekanan pembersihan mencegah introduksi organism kedalam luka.
|
18.
|
Gunakan kasa
baru untuk mengerika luka atau insisi. Usap dengan cara seperti digambarkan
pada langkah 17.
|
Mengurangi
kelembapan pada tempat luka, yang akhirnya dapat menjadi tempat tumbuh
mikroorganisme.
|
19.
|
Berikan salep
antiseptic bila dipesankan, gunakan tekinik seperti pada pembersihan, jangan
dioleskan diatas tempat drainase.
|
Pengolesan
yang diarahkan langsung pada balutan atau drainase dapat menghambat drainase.
|
20.
|
Pasang
balutan steril kering pada insisi atau letak luka.
·
Pasang setiap
balutan setiap kali.
·
Pasang kasa jarang
(4x4) atau Telfa sebagai lapisan kontak.
·
Bila terpasang
drain, ambil gunting dan potong kasa 4x4 kotak untuk dipaskan disekitarnya.
·
Pasang kasa lapisan
kedua sebagai lapisan absorben.
·
Pasang surgipad yang
lebih tebal atau bantalan ABD ( garis biru ditengah bantalan menandai
permukaan luar ).
|
Mencegah
pemasangan balutan besar yang dapt mengganggu gerakna klien, dan memastikan
penutupan luka keseluruhan.
Meningkatkan
absorpsi tepat terhadap drainase.
Balutan
sekitar drain mengamankan letak drain dan mengabsorpi drainase.
Melindungi
luka dari masuknya mikroorganisme.
|
21.
|
Gunakan
plaster diata balutan atau amankan dengan ikatan Montgomery, balutan atau
penikat.
|
Memberikan
dukungan pada luka dan menjamin penutupan lengkap dengan pemajanan minimal
pada mikroorganisme.
|
22.
|
Lepaskan
sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan.
|
Mengurangi
transmisi mikroorganisme.
|
23.
|
Buang semua
bahan dan bantu klien kembali pada posisi nyaman.
|
Lingkungan
yang bersih menigkatkan kenyamanan klien.
|
24.
|
Cuci tangan.
|
Mengurangi
transmisi mikroorganisme.
|
25.
|
Catat pada
catatan perawat observasi luka, balutan dan drainase. Dokumentasikan
penggantian balutan, termasuk pernyataan respon klien.
|
Dokumentasiyang
akurat dan tepat waktu memberitahukan personel adanya perubahan pada kondisi
luka dan status klien.
|
( Perry Potter, Hal : 1995 )
H. HAL-HAL
YANG PERLU DIPERHATIKAN PERAWAT
Saat melepaskan atau memasang balutan ,
perhatikan untuk tidak mengubah posisi atau menarik drain. Bila luka kering dan
utuh, penyembuhan mungkin optimal dengan memanjankannya pada udara. Hubungi
dokter untuk pesanan penghentian penggantian balutan luka.
Alat pelindung mata harus dipakai bila
terdapat risiko kontaminasi ocular, seperti cipratan dari luka.
( Perry Potter, 1995)
BAB III
PENUTUP
Pasien membutuhkan penanganan khusus
agar proses penyembuhan berlangsung dengan cepat. Dan perawat hendaknya
memiliki ketrampilan yang memadai untuk melakukan proses perawatan dan membuat
asuhan keperawatan.
( Sugeng Jitowiyono, 2010 )
Pembalutan merupakan tindakan
keperawatan untuk melindungi luka dengan drainase tertutup, kontaminase
mikroorganisme yang dapat dilakukan dengan menggunakan kain kasa steril yang
tidak melekat pada jaringan luka. Teknik pembalutan ini dilakukan bila klien
mengalami perawatan luka secara tertutup.
( Aziz Alimul Hidayat, 2002 )
DAFTAR PUSTAKA
Juall,
Lynda, Buku Saku Diagnosis Keperawatan,EGC,
Jakarta : 2003
Potter,
Patricia A, Buku Saku Ketrampilan dan
Prosedur Dasr, EGC, Jakarta : 2003
Hidayat,
Aziz Alimul, Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia, EGC, Jakarta : 2002
Perry,
Anne Griffin, Buku Saku Ketrampilan Dan
Prosedur Dasar, EGC, Jakarta :1995
Suparmi,
Yulia, Panduan Praktik Keperawatan, Citra
Aji Parama, Yogyakarta : 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar