Kamis, 02 Agustus 2012

ASKEP GAGAL JANTUNG


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Jantung merupakan organ yang terpenting dalam system sirkulasi. Pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh pada setiap saat, baik saat beristirahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban. Dengan bertambahnya kemajuan teknologi kedokteran, sejak tahun 1968 kematian karena penyakit jantung menurun. Hal ini barang kali disebabkan karena sebagian besarpenderita hidup setelah serangan jantung tapi kemudian menderita gagal jantung. Penderita yang telah mengalami gagal jantung tetap bertahan hidup sampai beberapa tahun dengan pengobatan yang baik. Penelitian framinghan menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita.
(Lily Ismudiati Rilantono. 2001. Hal: 115)
Berdasarkan perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta penderita di Amerika gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400 ribu orang. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, tetapi dengan bertambah majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan bertambah setiap tahunnya.
(Lily Ismudiati Rilantono. 2001. Hal: 115)
Sekitar 3-20 per 1000 orang pada populasi mengalami gagal jantung, dan prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia ( 100 per 1000 orang pada usia diatas 65 tahun ), dan angka ini akan meningkatk karena peningkatan usia populasi dan perbaikan ketahan hidup setelah infark miokard akut. Di Inggris, sekitar 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit untuk gagal jantung, merepresentasikan 5% dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih dari 1% dana perawatan kesehatan nasional.
(Huon H. Gray. 2005. hal:80)
            Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4 %-2% dan meningkat pada usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Ramalan dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Setengah dari populasi pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50% akan meninggal didalam tahun pertama.
(Aru W. Sudoyo. 2009. Hal: 1596)

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem kardiovaskuler.
2.      Tujuan khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat:
a.       Mengetahui pengertian penyakit gagal jantung
b.      Mengetahui klasifikasi dari gagal jantung
c.       Mengetahui penyebab terjadinya gagal jantung
d.      Mengetahui tanda dan gejala penyakit gagal jantung
e.       Mengetahui proses kerja penyakit gagal jantung
f.       Mengetahui dan memahami focus pengkajian pada penyakit gagal jantung
g.      Mengetahui dan memahami focus perencanaan pada penyakit gagal jantung
h.      Memahami contoh kasus penyakit gagal jantung dan mengetahui asuhan keperawatan yang harus diberikan pada penderita gagal jantung.


C.     Manfaat Penulisan
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat menetahui cara hidup sehat, menambah pengetahuan dan pendalaman, penelitian tentang pasien dengan gangguan gagal jantung.

BAB II
KONSEP TEORI
A.    Definisi
Gagal jantung ( GJ ) adalah sindrom klinis ( sekumpulan tanda dan gejala ), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau saat aktivitas ) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
( ARU W. Sudoyo,dkk. 2009. Hal: 1583 )

Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih normal.
( Lily I. Rilantono,dkk. 2001. Hal : 115 )

Istilah gagal jantung berarti bahwa jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
( John E. Hall. 2010. Hal : 161 )

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memoma darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen.

B.     Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung dari New York Heart Association
1.      kelas I (asimtomatik)         : tidak membatasi aktivitas fisik normal.
2.      Kelas II (ringan)                : nyaman saat istirahat namun timbul gejala pada                                                  aktivitas ringan.
3.      Kelas III (sedang)             : nyaman saat istirahat namun gejala timbul pada                                                  aktivitas sedang sampai berat.
4.      Kelas IV (berat)                :tidak mampu melakukan aktivitas fisik tanpa merasa                                           tak nyaman,yang bisa juga dirasakan saat istirahat.
(David Rubenstein. 2005. Hal: 312)

1.      Gagal jantung Sistolik dan Diastolik
a.       Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung menurun, dan menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktifitas fisik menurun dan gejala hipoperfusi lainnya.
b.      Gagal jantung diastole adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel. Gagal jantung diastolic didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi lebih dari 50%. Ada 3 macam gangguan fungsi diastolic :
1)      Gangguan relaksasi
2)      Pseudo-normal
3)      Tipe restriktif.
( Aru W. Sudoyo. 2009. Hal :1583 )

2.      Gagal jantung curah tinggi dan curah rendah.
a.       Gagal jantung curah tinggi
Terjadi bila beban metabolisme tetap meningkat dan melampaui kemampuan fisiologio jantung, maka akan timbul gagal jantung dan curah jantung akan menurun kembali. Namun demikian curah jantung tersebut masih tetap lebih besar daripada normal.
( Lily I. Rilantono,dkk. 2001. Hal : 115 )

b.      Gagal jantung curah rendah
Pada gagal jantung curah rendah, curah jantung dalam keadaan istirahat masih dirasakan cukup oleh tubuh, walaupun sebenarnya masih lebih rendah dari normal. Namun, dalam keadaan aktifitas fisik, maka curah jantung walaupun mula-mula akan meningkat sedikit tetapi segera akan menurun kembali, bahkan akan lebih rendah dari saat istirahat karena ketidakmampuan jantung untuk menerima beban tersebut.
( Lily I. Rilantono,dkk. 2001 Hal : 116 )

3.      Gagal jantung kanan dan kiri
a.       Gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan terjadi kalau kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer atau sekunder, tromboemboli paru kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan distensi vena jugularis.
( ARU W. Sudoyo,dkk. 2009. Hal: 1584 )

Pada keadaan gagal jantung kanan akut karena ventrikel kanan tidak bisa berkontraksi dengan optimal, terjadi bendungan diatrium kanan dan vena kava superior dan inferior.
 ( Lily I. Rilantono,dkk. 2001. Hal : 120 )

b.      Gagal jantung kiri
Gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan ventrikel, meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak napas dan ortopnea.
Pada keadaan normal selalu terdapat sisa darah dirongga ventrikel pada akhir sistol. Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung, maka pada saat akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan normal. Pada fase diastole berikutnya maka sisa darah ini akan bertambah lagi dengan darah yang masuk keventirkel kiri, sehingga tekanan diastole akan lebih tinggi.
1)      Gagal jantung kiri yang terkompensasi
2)      Gagal jantung kiri yang berat yang tidak dapat terkompensasi
3)      Gagal jantung krir kronis
( ARU W. Sudoyo,dkk. 2009. Hal: 1584 )
4.      Gagal jantung Akut dan Kronik
a.       Gagal jantung akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat atau adanya perubahan pada gejala-gejala atau tanda-tanda dari gejala jantung yang berakibat diperlukannya tindakan atau terapi secara urgent. Gagal jantung akut dapat berupa serangan pertama gagal jantung, atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya.
b.      Gagal jantung kronik
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagai syndrome klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirah atau latihan, edema, dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
 ( ARU W. Sudoyo,dkk. 2009. Hal: 1597 )
5.      Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
( Suzanne C, Smeltzer. 2002. Hal : 805 )

C.     Etiologi
Factor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel seperti stenosis katup atrioventrikularis dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti perikarditis, konstriktif, dan tamponade jantung dapat mengakibatkan gagal jantung melalui gabungan beberapa efek seperti gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel.
Factor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penurunan sirkulasi yang mendadak dapat berupa (1) aritmia, (2) infeksi sistemis dan infeksi paru-paru, dan (3) emboli paru.
Penyebab gagal jantung :
kelainan mekanis
kelainan miokardial
gangguan irama jantung
1.peningkatan beban tekanan
-dari sentral (stenosis aorta)
-dari periper (hipertensi sistemis)
2.peningkatan beban volume
-regurgitasi katup-pirau
-meningkatnya beban awal
3.obstruksi terhadap pengisian ventrikel
-stenosis mitral atau tricuspid
4.tamponade pericardium
5.restriksi endokardium dan miokardium
6.aneurisma ventricular
7.dis-sinergi ventrikel
primer
-kardiomiopati
-gangguan neuromuscular miokarditis
-metabolik (diabetes militus)
-keracunan (alcohol, kobalt)

1.henti jantung
2.ventrikular fibrilasi
3.takikardia atau bradikardia yang ekstrim
4.asinkroni listik dan gangguan konduksi
sekunder
-iskemia (penyakit jantung koroner)
-gangguan metabolic
-inflamasi
penyakit infiltrative (restrictive cardiomiopati)
-penyakit sistemis
-penyakit paru obstruksi kronis
-obat-obat yang mendepresi miokardium
( Arif Muttaqin, 2009. Hal: 89 )
1.      Penyebab gagal jantung kongestif :
a.       Kelainan otot jantung
Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degenerative atau inflamasi.
b.      Aterosklerosis
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis ( akibat penumpukan asam laktat ). Infark miokardium ( kematian sel jantung ) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c.       Hipertensi sistemik atau pulmonal.
( peningkatan afterload ) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut ( hipertrofi miokard ) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
d.      Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e.       Penyakit jantung lain
Mekanisme yang biasanya terjadi mencakup gangguan aliran darah melalui jantung. Ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah, atau pengosongan jantunng abnormal. Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertrofi miokard.
f.       Factor sistemik
Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga bisa menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritma jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
( Suzanne C. Smeltzer. 2002. Hal: 806 )

D.    Manifestasi Klinis
1.      Gambaran klinis relative dipengaruhi oleh tiga factor :
a.       Kerusakan jantung
b.      Kelebihan beban hemodinamik, dan
c.       Mekanisme kompensasi sekunder yang timbul saat gagal jantung terjadi.
2.      Gejala-gejala yang terjadi akibat gagal jantung :
a.       Batuk
b.      Edema
c.       Dispenia
d.      Disritmia
e.       Ortopnea
f.       Paroksismal
g.      Kulit dingin
h.      Kelemahan fisik
i.        Dispenia nocturnal
j.        Edema pulmonal akut
k.      Distensi vena jugularis
l.        Adanya bunyi jantung ketiga dan keempat dan crackles pada paru-paru
m.    Perubahan nadi ( takikardi, thread pulse, hipotensi sistolik, pulsus alternans )
( Arif Mutaqin. 2009. Hal: 95 )

3.      Gambaran pada gagal jantung sisi kiri adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatnya tekanan atrium kiri
b.      Bendungan paru
c.       Edema paru jika tekanan kapiler paru lebih dari sekitar 28 mmHg.
d.      Tekanan arteri dan curah jantung tetap mendekati normal selama pasien beristirahat
e.       Intoleransi terhadap olah raga, yang jika dicoba dapat memperparah edema paru.
( Jhon E. Hall. 2010. Hal: 164 )



4.      Gambaran klinis gagal jantung kanan :
a.       Gejala
1.)    Nyeri dada
2.)    Penurunan kapitas aktivitas
3.)    Pembengkakan pergelangan kaki
4.)    Dispnu (namun bukan ortopnu atau PND)

b.      Tanda
1.)    Edema
2.)    S3 ata S4 RV
3.)    ( efusi pleura )
4.)    Hepatomegali dan asite
5.)    Peningkatan JVP (±TR)
6.)    Denyut nadi (aritmia takikardial)
7.)    Gerakan bergelombang parasternal

( Huon H. Gray. 2005. Hal: 86 )

E.     Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliput gangguan kemampuan kontraksi jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung : CO = HR X SV
Dimana curah jantung ( Cardiac Output ) adalah fungsi frekuensi jantung ( HR; Heart Rate ) X volume sekuncup ( SV; Stroke Volume ).
( Suzanne C. Smeltzer. 2002. Hal: 805 )
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
( Suzanne C. Smeltzer. 2002. Hal: 805 )


      Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga factor ;
1.      Preload, adalah sinonim dengan hokum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2.      Kontraktilitas mengacu pada perubahab kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
3.      Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
( Suzanne C. Smeltzer. 2002. Hal: 805 )
Mekanisme adaptif
a.       Hipertrofi miokard
b.      Neurohormonal
c.       Aktivasi sisten renin-angiutensin-aldosteron
d.      Aktivasi system syaraf simpatik
e.       Peptide natriuretik,ADH,dan endotelin
f.       Mekanisme frank-starlink
(Huon H. Gray.2002. hal: 82)

Bila reservasi jantung normal untuk berespon terhadap stress tidak adkuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh,maka jantung gagal untuk meklakukan tugasnya sebagai pompa,dan akibatnya terjadi gagal jantung demikian juga,pada tingkat awal,disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal jantung.jika reservasi jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan,respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap normal.terdapat empat mekanisme respon primer terhadap gagl jantung:
1.      Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis
2.      Meningkatnya beban awal akibat aktivitas neurohormon
3.      Hipertrofi ventrikel
4.      Volume cairan berlebih (averload volume)
Keempat poin ini adalah upaya untuk mempertahanka curah jantung.
( Arif muttaqim.2009. hal: 88)
F.      Penatalaksanaan
1.      Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut:
a.       Dukung iastirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b.      Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis
c.       Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic diet dan istirahat.
( Suzanne C. Smeltzer. 2002. hal : 811 )

2.      Factor umum dan factor gaya hidup :
a.       Aktivitas fisik
Harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktivitas yang sesuai menurunkan tonus simpatik, mendorong penurunan berat badan, dan memperbaiki gejala, rasa sehat, dan toleransi aktivitas pada gagal jantung terkompensasi dan stabil.
b.      Oksigen
Merupakan vasorelaksan paru, menurunkan afterload RV, dan memperbaiki aliran darah paru.
c.       Merokok
Cenderung menurunkan curah jantung, meningkatkan denyut jantung, dan meningkatkan resistensi vascular sistemik dan pulmonal, dan harus dihentikan.
d.      Alcohol
Mengubah keseimbangan cairan, inotropik negative, dan dapat memperburuk hipertensi, serta mempresipitasi aritmia ( terutama AF ).
e.       Vaksinasi
Gagal jantung merupakana predisposisi infeksi paru, sehingga pasien harus di pertimbangkan untuk mendapatkan vaksinasi terhadap influenza dan pneumokokus.
f.       Nutrisi
Beberapa klien dengan gagal jantung kronis memilki risiko malnutrisi karena nafsu makan yang jelek, malabsorpsi, dan peningkatan tingkat metabolic basal ( sekita 20 % ), sehingga nutrisi yang cukup sangat penting.
g.      Garam dan air
Garam  meja, makanan yang diproses ( keju, sosis, coklat, makanan kaleng, ikan asap ) harus dihindari, dan konsumsi buah, sayuran, dan ikan segar diringkatkan
( Huon H. Gray, hal : 88 )
3.      Terapi setiap penyebab dasar :
a.       Penyakit koroner
b.      Hipertensi
c.       Kardiomiopati
( Huon H. Gray, hal : 88 )
4.      Terapi obat-obatan :
a.       Diuretic
1.)    Diuretic loop
2.)    Diuretic tiazid
3.)    Diuretic hemat kalium
4.)    Diuretic osmotik
b.      Digoksin
Digoskin merupakan penghambat yang poten pada aktivitas pompa saluran natrium, yang menyebabkan peningkatan pertukaran Na-Ca dan peningkatan kalsium intraseluler.
c.       Vasodilator
Menurunkan afterload jantung dan teganggan dinding ventrikel, yang merupakan determinan utama kebutuhan oksigen miokard, menurunkan konsumsi oksigen miokard, dan meningkatkan curah jantung.
d.      Obat-obatan Simpatomimetik
1.)    Dopamine
2.)    Dobutamin
3.)    Penghambat fosfodiesterase
e.       Penyebab β
f.       Antikoagulasi
g.      Antiaritmia
Lainnya :
5.      Konterpulsasi balon intraaorta
6.      ( alat bantu ventrikel )
7.      Kardiomioplasti
8.      Pembedahan reduksi ventrikel kiri.
( Huon H. Gray, hal : 88 )

G.    Komplikasi
Komplikasi potensial yang mungkin terjadi mencakup ;
1.      Syok kardiogenik
2.      Episode tromboemboli
3.      Efusi dan tamponade pericardium
( Suzanne C. Smeltzer, hal : 813 )
Komplikasi :
1.      Kematian
2.      Edema pulmoner akut.
(  Http : //Hidayat2.Wadpress.com )

H.    Pengkajian Fokus
Focus pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung ditujukan untuk mengobservasi adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru dan tanda serta gejala systemis.
1.      Pernapasan, paru harus diauskultasi dengan interval sesering mungkin untuk menentukan ada/tidak adanya krekel dan wheezing.
2.      Jantung, diuskultasi mengenai adanya bunyi jantung S3 atau S4.
3.      Pengindraan/ tingkat kesadaran
4.      Perifer, bagian bawah tubuh pasien harus dikaji akan adanya edema.
5.      Distensi vena juguler, ini dilakukan dengan mengangkat pasien dengan sudut sampai 450.
6.      Haluaran urin.
 ( Suzanne C. Smeltzer, 2001.hal :813 )


I.       Fokus Intervensi
Tujuan utamanya mencakup;
1.      Bertambahnya istirahat,
2.      Penghilangan kecemasan,
3.      Pencapaian perfusi jaringan yang normal,
4.      Posisi
5.      Menghindari stress
6.      Pemahaman mengenai program perawatan diri dan tidak terjadi komplikasi.
( Suzanne C. Smeltzer, 2001.hal :813 )












BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A.    Kasus
Studi kasus
Bp S, 45 tahun datang ke klinik Unisia karena keluhan sesak napas dan cepat lelah yang dirasakan sejak 2 hari terakhir, terutama kalau digunakan untuk berjalan kekamar mandi atau tidur terlentang. Keluhan juga disertai kedua kaki bengkak. Saat diperiksa keadaan umum pasien tampak sesak napas, tekanan darah : 140/100 mm Hg, nadi : 100x/menit, napas : 32x/menit, dan sementara pada pemeriksaan jantung diapatkan batas-batas kiri dan bawah jantung melebar, dan suara jantung melemah.

B.     Terminology
1.      Hypertropi adalah pembesaran atau pertumbuhanberlebihan dari organ atau bagian akibat peningkatan ukuran sel-sel pembentuknya.
2.      CVP ( central venous pressure ) adalah tekanan vena sentral  
3.      Segment ST adalah interval dari ujung depolarisasi ventricular sampai pada awitan gelombang T
4.      Dilatasi adalah keadaan, seperti pada saluran atau struktur tabung yang melebar atau terenggang dalam batas dimensi normal
5.      Infark adalah daerah nekrosis iskemik terbatas yang disebabkan oleh oklusi suplai arteri atau aliran vena pada bagian tersebut.
( kamus saku kedokteran Dorland )
6.      Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis ( struktur organ ) dimana besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni 55%  besar rongga dada.
( http:/id.answer.yahoo.com/aventionindek )






C.     Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
a.       Anamnesis
-          Nama : Bp S
-          Umur : 45 tahun
-          Jenis Kelamin : Pria
-          Keluhan utama : sesak napas
-          RPS : onset : sejak 2 hari
-          Kuantitas keluhan : terutama jika digunakan untuk berjalan ke kamar mandi atau tidur terlentang.

b.      Anamnesis system
-          Respirasi : sesak napas
-          Musculoskeletal : cepat lelah
-          Kardiovaskuler : kedua kaki bengkak

c.       Pemeriksaan fisik
-          Inspeksi : kedua kaki bengkak
-          Auskultasi : suara jantung melemah.
-          Perkusi : batas-batas kiri dan bawah jantung melebar

d.      Vital sign
-          TD : 140/100 mm Hg           HT stadium 2

Systole
Diastole
Optimal
< 120
< 80
Normal
<130
<85
Tinggi
130-139
85-89
HT stadium 1
140-159
90-99
HT stadium 2
160-179
100-109
HT stadium 3
>180
>110
-          N : 100x/menit              normal
-          R : 32x/menit             Taki pneu
Normal : 12-24x/menit
-          Pemeriksaan LAB
·         AE : 4,2 jt/ ӆ L       rendah
·         Angka eritrosit normal : 4,2 – 6,2 Jt/ ӆL.
-          Hb : 11g/dl       rendah
·         Angka Hb normal : pria : 13,5-17,5g/dl dan wanita : 11,5-15,5 g/dl.
-          AL : 10.000/ ӆ         normal
·         AL normal : 8.000-11.000 ӆ
-          AT : 235.000/ ӆ normal
·         AT normal : 150.000-400.000 ӆ
-          Hct : 38%        rendah
·         Hct normal : 42%-52%
-          Foto dada anterior
·         Kardiomegali
·         Pembesaran atrium kiri
·         Pembesaran ventrikel kiri
·         Pembesaran ventrikel kanan
·         Karena peningkatan tekanan di arteri dan vena pulmonalis, maka pada foto toraks terlihat dilatasi arteri dan vena pulmonalis.
·         Pd basis paru terlihat sebagai densitas linear sepanjang diafragma. Garis ini dinamakan garis B Kerly.
·         CTR > 50%, normal < 50% pada dewasa.
·         Apex tenggelam dan pinggang jantung tidak terlihat

-          Elektrokardiogram I
Gelombang Q patologis : kedalamanya 3 kotak sedang pada lead V1, V2,V3         hipertrofi ventrikel kiri
Segmen ST elefasi pada lead V1,V2,V3,V4,V5 paling jelas pada V1,V2,V3        infrak miokard anterior akut.
-          Elektrokardiogram 2
Segmen ST elevasi pada lead V1,V2,V3,V4       dicurigai hipertrofi ventrikel kanan gelombang Q patologis pada V1,V2,V3        dicurigai  hipertrofi ventrikel kanan.
T interved dan segmen ST depresi pada lead I,II,III,V5,V6
Terbentuknya rsR’ di lead I,II,III,V5,V6       terbentuknya R’karena dipolarisasi ventrikel mengalami kelambatan, dicurigai adanya LBB. Syarat LBB : disadapan prekordial kiri dan sadapan I serta Avl terlihat gelombang R’ membentuk rsR’.
Lead III gambaran EKG terbalik ( resiprok ) merupakan daerah yang berhadapan dengan lokasi infark        old miokard infark

2.      Pengelompokan Data
DS :
a.       Klien mengeluh cepat lelah
b.      Klien mengeluh sesak napas  
c.       Klien mengeluh kedua kaki bengkak
d.      Klien mengatakan cepat lelah untuk berjalan kekamar mandi
e.       Klien mengatakan untuk tidur terlentang semakin terasa sesak

DO :
a.       Klin tampak sesak napas
b.      TD 140/100 mmHg
c.       Nadi 100x/menit
d.      RR 32x/menit
e.       Pemeriksaan jantung didapat batas-batas kiri dan bawah jantung melebar
f.       Ada odema di kedua kaki
g.      Suara jantung melemah
h.      AE : 4,2 jt/ ӆ L
i.        Hb 11gr/dl



3.      Analisa Data
Data
Masalah
Etiologi
DS :
-Klien mengeluh sesak napas
-Klien mengeluh cepat lelah
-Klien mengatakan untuk tidur terlentang semakin terasa sesak
DO :
-TD :140/100 mm Hg
-N: 100x/menit
-RR : 32x/menit
-Hb 11gr/dl
-Suara jantung melemah
- Pemeriksaan jantung didapat batas-batas kiri dan bawah jantung melebar
-Klien tampak sesak napas
Penurunan curah jantung
Kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik
DS :
- Klien mengeluh kedua kaki bengkak
DO:
- Ada udema di kedua kaki

Kelebihan volume cairan
Penurunan curah jantung sekunder akibat gagal jantung kongestif
DS :
-Klien mengeluh sesak napas 
-Klien mengeluh cepat lelah
-Klien mengatakan cepat lelah untuk berjalan ke kamar mandi
DO :
-Klien tampak sesak napas
- TD :140/100 mm Hg
-N: 100x/menit
-RR : 32x/menit
-Hb 11gr/dl
-Suara jantung melemah
-Pemeriksaan jantung didapat batas-batas kiri dan bawah jantung melebar
Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder penurunan curah jantung

4.      Diagnose Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan Kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik
2.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat gagal jantung kongestif
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan system transport oksigen sekunder akibat gagal jantung kongestif


5.      Intervensi
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan Kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik
a.       Tujuan
Dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan tanda vital dalam batas yang dapat diterima ( distrimia terkontrol atau hilang ), dan bebas gejala gagal jantung ( parameter hemodinamika dalam batas normal ). Criteria hasil : klien akan melaporkan penurunan episode dispneu, berperan dalam aktifitas yang dapat mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas normal ( 120/80mmHg ) nadi 80x/menit, tidak terjadi eritmia, denyut jantung dan irama jantung teratur )

b.      Intervensi
1.)    Aukultasi nadi apical, kaji frekuensi irama jantung
2.)    Catat bunyi jantung
3.)    Palpasi nadi perifer
4.)    Pantau tekanan darah
5.)    Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
6.)    Pantau haluan urine, catat penurunan haluan dan kepekatan / konsentrasi urine
7.)    Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi
8.)    Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi
9.)    Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan tenang, membantu pasien menghindari situasi stress, mendengar atau berespon terhadap ekspresi perasaan/ takut
Kolaborasi
1.)    Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi
2.)    Berikan obat sesuai indikasi
3.)    Diuertik, contoh furosemik ( lasix ), asam etakrinik ( edecrin) bumetanid ( bumex )
4.)    Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi. Hindari cairan garam
5.)    Pantau atau ganti elektrolit
6.)    Pantau seri EKG dan perubahan foto dada

c.       Rasional
1.)    Biasanya terdapat takikardi ( meskipun pada saat istirahat ) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler
2.)    S1, S2 mungkin lemah karena menurunya kerja pompa. Irama gallop umum ( S3,S4 ) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi
3.)    Penurunan curah jantung dapat menunjukan menurunya nadi radial, politeal, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi
4.)    Pada gagal jantung kongesti dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat meningkat sehubungan dengan SVR.
5.)    Pucat menunjukan menurunya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung, fasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area yang sakit yang berwarna biru atau belang peningkatan kongesti vena
6.)    Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium. Haluan urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan cairan ke jaringan, tetapi dapat meningkta dimalam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur
7.)    Dapat menunjukan tidak adeukuatnya perfusi cerebral sekunder terhadap penurunan curah jantung
8.)    Istirahat fisik harus diperthankan selama GJK akut atau refraktori untuk memperbaiki efesiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigen miokard dan kerja berlebihan
9.)    Stress emosi menghasilkan fase kontriksi yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi atau kerja jantung.
kolaborasi
1.)    Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia atau iskemia
2.)    Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti
3.)    Tipe dan dosis diuretic tergantung pada derajat gagal jantung dan status fungsi ginjal. Penurunan preload paling banyak dalam mengobati pasien dengan curah jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti. Diuretic blok reabsorbsi diuretic, sehingga mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air  
4.)    Karena adanya peningkatan ventrikel kiri, pasien tidak dapat mentoleransi peningkatan volume cairan ( preload ). Pasien GJK juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokar
5.)    Perpindahan cairan dan penggunaan diuretic dapat mempengaruhi elektrolit ( khususnya kalium dan klorida ) yang mempengaruhi irama jantung dan kontraktilitas
6.)    Depresi segment ST dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen miokar, meskipun tidak ada penyakit arteri koroner. Foto dada dapat menunjukan pembesaran jantung dan perubahan kongesti pulmonal
( Marelynn E. Doenges. 2000. Hal : 55 )

2.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat gagal jantung kongestif
a.       Tujuan
Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemis dengan criteria hasil : klien tidak sesak napas, edema ekstremitas berkurang, pitting edema berkurang, produksi urine > 600mil/hari.



b.      Intervensi
1.)    Pantau haluan urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadi
2.)    Pantau atau hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
3.)    Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut
4.)    Timbang berat badan
5.)    Kaji distensi leher, lihat area tubuh dependen untuk edema dengan atau tanpa pitting, catat adanya edema tubuh umum
6.)    Ubah posisi dengan sering, tinggikan kaki bila duduk
7.)    Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan / bunyi tambahan. Contoh krekles, mengi. Catat adanya peningkatan dispneu, takipneu
8.)    Selediki keluhan dispneu ekstrime tiba-tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk, sensasi sulit bernapas, rasa panic atau ruangan sempit
9.)    Pantau tekanan darah, CVP ( tekanan vena sentral ).
10.)Kaji bising usus

c.       Rasional
1.)    Haluan urine mungkin sedikt dan pekat ( khususnya selama sehari karena penurunan perfusi ginjal ) posisi terlentang membantu diueresis, sehingga haluan urine dapat ditingkatkan pada malam atau selama tirah baring
2.)    Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebihan ( hipovolemia ) meskipun edema/asites masih ada
3.)    Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan dieresis
4.)    Catat perubahan ada atau hilangnya edema sebagai respon terhadap terapi.
5.)    Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembedungan vena dan pembentukan edema
6.)    Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi atau tirah baring lama merupakan kumpulan stressor yang memperngaruhi integritas kulit dan memerlukan intervensi pengawasan ketat
7.)    Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongestif paru. Gejela edema aru dapat menunjukan gagal jantung kiri akut, gejala pernapsan pada gagal jantung kanan dapat timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.
8.)    Dapat menunjukan terjadinya komplikasi ( edema paru/ emboli ) dan berbeda dengan ortopneu dan dispneu nocturnal proksimal yang terjadi lebih cepat dan memerlukan intervensi segera.
9.)    Hipertensi dan peningkatan CPV menunjukan kelebihan volume cairan dan dapat menunjukan terjadinya peningkatan kongestif paru, gagal jantung
10.)Kongesti fiseral ( terjadi pada GJK ) dapat mengganggu funsi gaster / intestinal
 ( Marilynn E. Doenges, 2000, hal : 60 )

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder dari penurunan curah jantung
a.       Tujuan
Dalam waktu 3x24 jam terdapat respon perbaikan dengan meningkatnya kemampuan beraktifitas klien. kriteria hasil : klien menunjukan kemampuan beraktifitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi ditempat tidur, klien tidak mengalami sesak napas akibat sekunder dari beraktifitas.

b.      Intervensi
1.)    Catat frekuensi jantung dan perubahan tekanan darah, selama dan sesudah aktivitas
2.)    Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
3.)    Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut
4.)    Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi
5.)    Pertahankan penambahan oksigen sesuai program
6.)    Selama aktivitas kaji EKG, dispneu, sianosis, kerja napas, serta keluhan subjektif.
7.)    Berikan diit sesuai program

c.       Rasional
1.)    Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasi penurunan oksigen miokardium
2.)    Menurunkan kerja miokardium dan konsumsi oksigen
3.)    Mengurangi beban jantung
4.)    Mengetahui fungsi jantung, bila dikaitkan dengan aktivitas
5.)    Meningkatkan oksigenasi jaringan
6.)    Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung
7.)    Mencegah retensi cairan dan udema akibat penurunan kontraktilitas jantung.
( Arif Muttaqin, 2009, hal : 110 )


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih normal. Ada beberapa klasifikasi gagal jantung seperti gagal jantung sistolik dan diastolik, gagal jantung curah tinggi dan curah rendah, gagal jantung kanan dan kiri, gagal jantung akut dan kronik, dan gagal jantung kongestif. Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliput gangguan kemampuan kontraksi jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung : CO = HR X SV
Dimana curah jantung ( Cardiac Output ) adlah fungsi frekuensi jantung ( HR; Heart Rate ) X volume sekuncup ( SV; Stroke Volume ).
Penyebab gagal jantung kongestif diantaranya kelainan otot jantung, aterosklerosis, hipertensi sistemik atau pulmonal, peradangan dan penyakit miokardium degenerative, penyakit jantung lain, dan factor sistemik.
Ada banyak sekali manifestasi klinis yang disebabkan oleh gagal jantung ini, anatara lain : dispenia, ortopnea, dispenia nocturnal, paroksismal, batuk, edema pulmonal akut, kelemahan fisik, edema,adanya bunyi jantung ketiga dan keempat dan crackles pada paru-paru, disritmia, distensi vena jugularis, kulit dingin, dan perubahan nadi ( takikardi, thread pulse, hipotensi sistolik, pulsus alternans ) beberapa hal yang dapat mempengaruhi dalam penatalaksanaan, misalnya aktivitas fisik, oksigen, merokok, alcohol, vaksinasi, nutrisi, garam dan air, terapi setiap penyebab dasar, terapi obat-obatan.

B.     Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu penulis meminta kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis, sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi dan dapat menjadikan penambahan wawasan terutama dibidang kesehatan.



Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasia perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Rubenstein, David. 2005. Lecture Notes : Kedokteran Klinis. Jakarta : Erlangga.
Hall, E. Jhon. 2009. Buku Saku Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Sudoyo, W. Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ( edisi ke lima, jilid II ). Jakarta : Interna Publishing.
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
Gray, H. Huon. 2002. Kardiologi. Jakarta : Erlangga.
Rilantono, I. Lily,dkk. 2001. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Gaya Baru.
http://id.answer.yahoo.com/aventionindek/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar