Kamis, 02 Agustus 2012

Satuan Acara Pembelajaran Halusinasi


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)
Pokok Bahasan                 :  Perubahan Persepsi : Halusinasi
Sub Pokok bahasan           :  Cara Mengusir  atau Mengontrol Halusinasi
Sasaran                              :   Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Pekajangan
Waktu                               :  30 Menit
Tempat                              :  Ruang kelas 2A, kampus II STIKES Muhammadiyah Pkj.
Hari/tgl Pelaksanaan         :  Sabtu, 23 Juni 2012
Jam Pelaksanaan               :  10.00 WIB – 10.30 WIB
 

I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami masalah maupun tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang. Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana – mana. ( Maramis, 2004 : 215 ). Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang kronis, mengalami kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas.
Berdasarkan data dari RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang periode tahun 2002/2003 jumlah pasien rawat inap sebanyak 3604 pasien dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 2721 pasien. Angka kejadian Skizoprenia diseluruh dunia diperkirakan 0,2 – 0,8 % setahun ( Maramis, 1980 : 218 ). Sedangkan di Amerika Serikat angka kejadiannya adalah 1 per 1000 orang penduduk ( Widjaja Kusuma, 1997 : 575 ). Gejala umum dari pasien dengan Skizoprenia adalah halusinasi, yaitu persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang eksternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).
Asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi adalah agar klien mampu mengontrol halusinasinya, sehingga klien tidak terbawa dalam halusinasinya terus – menerus. Tindakan yang sering dilakukan untuk mengontrol halusinasi adalah dengan mengusir atau menolak halusinasi jika halusinasi itu muncul, melaporkan pada perawat atau seseorang yang biasa diajak ngobrol, malakukan kegiatan yang bermanfaat dan mengkonsumsi obat secara teratur.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, keluarga dan masyarakat. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien halusinasi, perawat melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan komunikasi terapeutik, dan membimbing klien untuk kembali ke realita.

II. TUJUAN

  1. Tujuan  Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan peserta didik dapat mengetahui dan membantu  pasien halusinasi untuk mengusirnya atau mencegah anggota keluarganya yang lain agar tidak terjadi halusinasi
  1. Tujuan  Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit pertemuan peserta didik dapat:
a.      Menjelaskan tentang halusinasi
b.      Mengetahui macam-macam halusinasi
c.      Mengetahui penyebab halusinasi
d.     Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi
e.      Menjelaskan tentang cara untuk mengusir halusinasi

III. SASARAN

Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Pekajangan, khususnya mahasiswa S1 Keperawatan semester empat.

IV. TARGET

Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala, dan cara untuk mengusir halusinasi

V. MATERI

1.      Pengertian Halusinasi
2.      Macam- macam Halusinasi
3.      Penyebab Halusinasi
4.      Tanda dan gejala Halusinasi
5.      Cara mengusir Halusinasi

VI. METODE

1.         Ceramah
2.         Diskusi

VII. SEETING TEMPAT

: audience
                                                                                    : Penguji
                                                                 
                                                                  : penyuluh

VIII.MEDIA

1.         Materi pangajaran
2.         Leaflet

IX. STRATEGI PELAKSANAAN

1.  Waktu             : Sabtu, tanggal 23 juni 2012
2.  Tempat             : Ruang kelas 2A, kampus II STIKES Muhammadiyah Pekajangan.

X. SUSUNAN ACARA

No
Tahap / Waktu
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Peserta
1.
Pra interaksi
5 Menit
·        Mengucapkan salam pembuka
·        Memperkenalkan diri
·        Menjelaskan maksud dan tujuan
·        Menjawab salam
·        Mendengarkan
·        Perkenalan
2.
Interaksi
15 menit
·         Menjelaskan pengertian Halusinasi
·         Menjelaskan macam-macam halusinasi
·         Menjelaskan penyebab Halusinasi
·         Menjelaskan tentang tanda-tanda dan gejala penderita Halusinasi
·         Menjelaskan cara mengusir Halusinasi
·        Diskusi
·        Mendengarkan
·        Memperhatikan
·        Berdiskusi dengan mahasiswa (penyuluh )
3.
Post interaksi
5 menit
·        Memberikan masukan
·        Menyimpulkan hasil pembelajaran
·        Mengevaluasi peserta didik
·        Salam Penutup
·        Memperhatikan
·        Memberi tanggapan
·        Menjawab pertanyaan yang diajukan
·        Menjawab salam penutup

XI    MATERI

        ( Terlampir)

XII. KRITERIA EVALUASI

1.      Evaluasi Struktur
a.       Kesepakatan dengan peserta didik (waktu dan tempat)
b.      Kesiapan materi penyaji
c.       Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2.      Evaluasi Proses
a.   Peserta
-  ⅔ dari mahasiswa hadir
-  Pertemuan berjalan lancar
-  ⅔ dari jumlah mahasiswa yang hadir mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai
b.   Penyaji
-  Bisa memfasilitasi jalannya pembelajaran
-  Bisa menjalankan perannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
3.      Evaluasi Hasil
a.       Tes lisan    : diakhir ceramah
b.      Kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
l  Keliat dkk. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
l  Kusuma, Widjaja. (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek. Jakarta: Professional Books.
l  Maramis, WF. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press,.
l  Rasmun. ( 2001 ). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:  PT.  Fajar Interpratama.
l  Stuart, GW, Sundeen, SJ. (1995). Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
l  Townsend, Mary C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC :


Lampiran materi
HALUSINASI
A.    Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang ensternal yang  nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. ( Maramis, 2004 : 119 ).
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996).

B.     Jenis- jenis Halusinasi
Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu dapat menjadi : 
1.      Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk(sinar, kilapan atau pola cahaya) atau yang berbentuk(orang, binatang, barang yang dikenal) abik itu yang berwarna atau tidak
2.      Halusinasi pendengaran (autif, akustik): suara manusia, hewan, binatang     mesin, barang, kejadian alamiah atau musik
3.      Halusiansi Penciuman (olfaktorius): mencium sesuatu bau
4.      Halusinasi pengecap(gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu
5.      Halusinasi peraba(taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya
6.      Halusiansi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan, atau anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb)
7.      Halusinasi viseral : perasaan tertentu tibul didalam tubuhnya
8.      Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tetap sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah
9.      Halusinasi hipnopompik : seperti pada nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal
10.  Halusinasi histerik : Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional
Halusinasi  pendengaran paling sering terdapat pada klien Skizoprenia, halusinasi penglihatan terdapat pula pada klien dengan kemungkinan organicity, sedang halusinasi taktil atau sentuhan dapat terjadi pula pada gangguan mental organik yang diakibatkan penyalahgunaan kokain.
Halusinasi dapat timbul pada Skizoprenia dan pada Psikosa fungsional yang lain, pada sindroma otak organik, epilepsi ( sebagai aura ) nerosa histerik, intoxikasi atropin atau kecubunh, zat halusinogenik dan pada deprivasi sensorik ( Maramis, 2004 : 120 ). Halusinasi terjadi karena macam – macam kondisi biologi dan psikologi, misal kelelahan yang berat dan obat – obatan pireksia dan penyakit otak organik ( Shives, 1998 : 128 ).
Isi halusinasi merupakan tema halusinasi, termasuk interpretasi pasien terhadap halusinasinya ( mengancam, menyalahkan, keagamaan, menghinakan, kebesaran, seksual, membesarkan hati, menbujuk atau yang baik – baik saja  ). Keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien itu yakin bahwa  halusinasinya merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu – ragu atau yakin  sekali bahwa hal itu benar adanya. ( Maramis, 2004 : 120 ).
Menurut Barbara ( 1997 : 575 ) klien yang mendengar suara – suara misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien. Suara– suara yang terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain.
Stuart dan Sundeen ( 1998 : 302 ) menyatakan bahwa halusinasi merupakan rentang respon mal adaptif dari respon neurologis.
 

Respon Adaptif                                                                   Respon mal adaptif
Pikiran logis                Pikiran kadang menyimpang           Kelainan pikiran / delusi
Persepsi akurat            Ilusi                                                 Halusinasi
Emosi Konsisten -       Reaksi emosiaonal berlebihan -      Ketidakmampuan untuk -
 dengan pengalaman               atau kurang                             mengalami emosi
Prilaku sesuai              Prilaku ganjil/tak lazim                    Ketidakteraturan
Hubungan sosial          Menarik diri                                    Isolasi sosial
Rentang respons neurologis ( Stuart & Sundeen, 1998 : 302 )

Sumber – sumber koping individual pada klien halusinasi seperti modal inteligensia atau kreatifitas yang tinggi. Sedangkan sumber koping dari keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga , dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan. ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 312 ). Mekanisme koping klien dengan halusinasi menurut Stuart dan Sundeen, 1995 : 312 yaitu :
1.      Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2.      Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3.      Menarik diri.

C.    Etiologi
Menurut Townsend ( 1998 : 156 ), kemungkinan etiologi pada klien dengan halusinasi adalah :
1.     Panik
2.     Menarik diri
3.     Stres berat yang mengancam ego yang lemah
Faktor pencetus :
1.      Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang maladptif yang baru mulai dipahami, yang termasuk dalam hal ini adalah sebagai berikut :
a.       Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan Skizoprenia.
Lesi pada area kontrol, temporal dan limbik paling berhubugan dengan prilaku psikotik.
b.      Beberapa kimia otak dikaitkan dengan Skizoprenia, hasil penelitian menunjukkan bahwa :
-          Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
-          Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
-          Masalah – masalah pada reseptor dopamin.
Para ahli biokimia mengemukakan bahwa halusinasi  merupakan hasil
dari respon metabolik terhadap stres yang menyebabkan lepasnya neurokimia halusinogenik ( Stuart dan Sundeen, 1991 : 309 ).
2.      Psikologis
Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif  belum didukung oleh penelitian. ( Stuart dan Sundeen, 1991 : 309 ).
3.      Sosio Budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan Skizoprenia dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan. ( Stuart dan Sundeen, 1991 : 310 ).
D.    Tanda dan gejala
1.      Bicara, senyum / tertawa sendiri.
2.      Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
3.      Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
4.      Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
5.      Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6.      Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7.      Sikap curiga dan bermusuhan.
8.      Ketakutan.
9.      Sulit membuat keputusan.
10.  Menarik diri, menghindari dari orang lain.
11.  Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
12.  Muka merah kadang pucat.
13.  Ekspresi wajah bingung.
14.  Tekanan darah naik.
15.  Nafas terengah- engah.
16.  Nadi cepat.
17.  Banyak keringat.







E.     Tahapan Intensitas Halusinasi
            Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 328 ) :
Tahap I : Menenangkan – Ansietas tingkat sedang.
  1. Tingkat :
 Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
  1. Karakteristik
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi ( Non Psikotik ).
  1. Prilaku klien
a.        Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b.       Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c.        Gerakan mata yang cepat.
d.       Respon verbal yang lamban.
e.        Diam dan dopenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

Tahap II : Menyalahkan – Ansietas tingkat berat.
1.      Tingkat
Secara umum halusinasi menjijikkan.
2.      Karakteristik
Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari orang lain ( Non Psikotik ).
3.       Prilaku klien
c.       Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas, misal peningkatan tanda – tanda vital.
d.      Penyempitan kemampuan konsentrasi.
e.       Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realita.

Tahap III : Mengendalikan – Ansietas tingkat berat
1.      Tingkat
Pengalaman sensori menjadi penguasa
2.      Karakteristik
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir ( Psikotik ).
3.      Prilaku klien
a.       Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada menolaknya.
b.      Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
c.       Rentang perhatian hanya beberapa menit.
d.      Gejala fisik ansietas berat ( berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk ).

Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas tingkat panik
1.      Tingkat
Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
2.      Karakteristik
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari bila tidak ada intervensi terapeutik ( Psikotik ).
3.      Prilaku klien
a.       Perilaku menyerang seperti panik.
b.      Potensial melakukan bunuh diri.
c.       Amuk, agitasi, menarik diri, dan katakonik.
d.      Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.

F.     Strategi Merawat Pasien Dengan Halusinasi
      Asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi ditekankan ditekankan agar klien dapat mengontrol halusinasinya, sehingga klien tidak larut dalam halusinasinya. Tindakan yang sudah lazim yang dilakukan untuk mengontrol halusinasi adalah dengan cara menghardik halusinasi jika halusinasi muncul, mengajak ngobrol perawat atau seseorang untuk diajak ngobrol, menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat dan yang terakhir adalah teratur mengkonsumsi obat. dapat pula disebutkan sebagai berikut:
1.            Membina hubungan interpersonal, saling percaya
2.            Mengaji gejala halusinasi
3.            Fokuskan pada gejala dan minta individu untuk menguraikan apa yang sedang terjadi
4.            Identifikasi kemungkinan pernah mengunakan obat atau alcohol
5.            Jika ditanya, katakana secara singkat bahwa anda tidak sedang mengalami stimulasi yang sama
6.            Bantu individu untuk menguraikan dan membandingkan halusinasi yang sekarang dengan terakhir dialaminya
7.            Dorong individu untuk mengamati dan menguraikan pikiran, perasaan dan tindakannya sekarang atau yang lalu berkaitan dengan halisinasi yang dialami
8.            Bantu individu menguraikan kebutuhan yang mungkin tercermin pada isi halusinasinya
9.            Bantu individu mengidentifikasi apakah ada hubungan antara halusinasi dengan kebutuhan yang mungkin tercermin.
10.        Sarankan dan perkuat pengunaan hubungan interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan
11.        Identifikasi bagaimana gejala psikologis lain telah mempengaruhi kemampuan individu untuk melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari

G. Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi

Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan  yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya. Halusinasi visual msering terjadi pada saat klien bangun tidur/saat mau tidur, ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan  termenung/ melamun. Dalam penataksanaannya kita mengenal tuk-tuk dalam proses keperawatan klien dengan halusianasi yaitu:


1.      Membina hubungan saling percaya
2.      Menjelaskan pada klen tentang apa yang dia alami sekarang, jelaskan bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun sebabnya.
3.      Menjelaskan cara-cara mengatasi halusinasi (mahardik, nonton tv dan melakukan pekerjaan tertentu yang menyibukkan)
4.      Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien, bagaiamana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga
Menjelaskan pada klien tentang obat yang diminum baik jenis, dosis, kegunaan maupun efek sampingnya.

G.    Cara yang Dapat Dilakukan Untuk Mengusir Halusinasi
Berapa cara yang dapat dilakukan pasien untuk mengusir halusinasinya antara lain
1.                 Mengusir Halusinasi
Yaitu, jika halusinasi datang, bilang dalam hati “sana pergi….aku tidak mau diganggu”.
  1. Lapor sama perawat, teman atau keluerga kalau mendengar suara yang tidak ada wujudnya.
3.                             Melakukan kegiatan yang positif.
a.       Membaca.                                      d. Bermain atau ngobrol
b.      Beribadah.                                     e. Membersihkan ruangan
c.       Tidur.                                            f. Olah raga
  1. Bilang pada keluarga , perawat atau teman untuk menyapa bila kelihatan bicara sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar