SATUAN
ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)
Pokok Bahasan : Perubahan Persepsi : Halusinasi
Sub Pokok bahasan : Cara Mengusir
atau Mengontrol Halusinasi
Sasaran : Mahasiswa
STIKES Muhammadiyah Pekajangan
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang kelas 2A, kampus II STIKES Muhammadiyah
Pkj.
Hari/tgl Pelaksanaan :
Sabtu, 23 Juni 2012
Jam Pelaksanaan : 10.00 WIB – 10.30
WIB
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami
masalah maupun tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif
lebih sering mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang.
Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit jiwa.
Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu
merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana – mana. ( Maramis,
2004 : 215 ). Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang kronis, mengalami
kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas.
Berdasarkan data dari RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang periode tahun 2002/2003 jumlah pasien rawat inap sebanyak 3604 pasien
dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 2721 pasien. Angka kejadian
Skizoprenia diseluruh dunia diperkirakan 0,2 – 0,8 % setahun ( Maramis, 1980 :
218 ). Sedangkan di Amerika Serikat angka kejadiannya adalah 1 per 1000 orang
penduduk ( Widjaja Kusuma, 1997 : 575 ). Gejala umum dari pasien dengan
Skizoprenia adalah halusinasi, yaitu persepsi sensori yang palsu yang terjadi
tanpa rangsang eksternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).
Asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
adalah agar klien mampu mengontrol halusinasinya, sehingga klien tidak terbawa
dalam halusinasinya terus – menerus. Tindakan yang sering dilakukan untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan mengusir atau menolak halusinasi jika halusinasi
itu muncul, melaporkan pada perawat atau seseorang yang biasa diajak ngobrol,
malakukan kegiatan yang bermanfaat dan mengkonsumsi obat secara teratur.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, keluarga dan
masyarakat. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien halusinasi, perawat
melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan komunikasi terapeutik, dan
membimbing klien untuk kembali ke realita.
II. TUJUAN
- Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan peserta didik
dapat mengetahui dan membantu pasien
halusinasi untuk mengusirnya atau mencegah anggota keluarganya yang lain agar
tidak terjadi halusinasi
- Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit pertemuan
peserta didik dapat:
a.
Menjelaskan tentang halusinasi
b.
Mengetahui macam-macam
halusinasi
c.
Mengetahui penyebab halusinasi
d. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi
e. Menjelaskan tentang cara untuk mengusir
halusinasi
III. SASARAN
Mahasiswa
STIKES Muhammadiyah Pekajangan, khususnya mahasiswa S1 Keperawatan semester
empat.
IV. TARGET
Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian,
tanda dan gejala, dan cara untuk mengusir halusinasi
V. MATERI
1.
Pengertian Halusinasi
2.
Macam- macam Halusinasi
3.
Penyebab Halusinasi
4.
Tanda dan gejala Halusinasi
5.
Cara mengusir Halusinasi
VI. METODE
1.
Ceramah
2.
Diskusi
VII. SEETING TEMPAT
: audience
:
Penguji
:
penyuluh
VIII.MEDIA
1.
Materi pangajaran
2.
Leaflet
IX. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Waktu
: Sabtu, tanggal 23 juni 2012
2. Tempat :
Ruang kelas 2A, kampus II STIKES Muhammadiyah Pekajangan.
X. SUSUNAN ACARA
No
|
Tahap / Waktu
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Kegiatan Peserta
|
1.
|
Pra interaksi
5 Menit
|
·
Mengucapkan salam pembuka
·
Memperkenalkan diri
·
Menjelaskan maksud dan tujuan
|
·
Menjawab salam
·
Mendengarkan
·
Perkenalan
|
2.
|
Interaksi
15 menit
|
·
Menjelaskan pengertian
Halusinasi
·
Menjelaskan macam-macam
halusinasi
·
Menjelaskan penyebab
Halusinasi
·
Menjelaskan
tentang tanda-tanda dan gejala penderita Halusinasi
·
Menjelaskan
cara mengusir Halusinasi
·
Diskusi
|
·
Mendengarkan
·
Memperhatikan
·
Berdiskusi dengan mahasiswa
(penyuluh )
|
3.
|
Post interaksi
5 menit
|
·
Memberikan masukan
·
Menyimpulkan hasil pembelajaran
·
Mengevaluasi peserta didik
·
Salam Penutup
|
·
Memperhatikan
·
Memberi tanggapan
·
Menjawab pertanyaan yang
diajukan
·
Menjawab salam penutup
|
XI MATERI
( Terlampir)
XII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesepakatan dengan peserta didik (waktu
dan tempat)
b. Kesiapan materi penyaji
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi Proses
a. Peserta
- ⅔ dari mahasiswa hadir
- Pertemuan berjalan lancar
- ⅔ dari jumlah mahasiswa yang hadir mengikuti
kegiatan pembelajaran sampai selesai
b. Penyaji
- Bisa memfasilitasi jalannya pembelajaran
- Bisa menjalankan perannya sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya
3. Evaluasi Hasil
a. Tes lisan :
diakhir ceramah
b. Kegiatan pembelajaran berjalan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
l Keliat dkk. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
l Kusuma, Widjaja. (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam
Praktek. Jakarta: Professional Books.
l Maramis, WF. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press,.
l Rasmun. ( 2001 ). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga,
untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: PT.
Fajar Interpratama.
l Stuart, GW, Sundeen, SJ. (1995). Pocket
Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
l Townsend, Mary C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikiatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Lampiran materi
HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensori yang
palsu yang terjadi tanpa rangsang ensternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya
rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan
sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun
histerik. ( Maramis, 2004 : 119 ).
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996).
B. Jenis- jenis Halusinasi
Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu
dapat menjadi :
1. Halusinasi penglihatan (visual, optik):
tak berbentuk(sinar, kilapan atau pola cahaya) atau yang berbentuk(orang,
binatang, barang yang dikenal) abik itu yang berwarna atau tidak
2. Halusinasi pendengaran (autif, akustik):
suara manusia, hewan, binatang mesin,
barang, kejadian alamiah atau musik
3. Halusiansi Penciuman (olfaktorius):
mencium sesuatu bau
4. Halusinasi pengecap(gustatorik) :
merasa/ mengecap sesuatu
5. Halusinasi peraba(taktil) : merasa diraba,
disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya
6. Halusiansi kinestetik : merasa
badannya bergerak dalam sebuah ruangan, atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb)
7. Halusinasi viseral : perasaan
tertentu tibul didalam tubuhnya
8. Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada
kalanya pada seorang yang normal, tetap sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah
9. Halusinasi hipnopompik : seperti pada
nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya.
Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal
10. Halusinasi histerik : Timbul pada
nerosa histerik karena konflik emosional
Halusinasi
pendengaran paling sering terdapat pada klien Skizoprenia, halusinasi penglihatan
terdapat pula pada klien dengan kemungkinan organicity, sedang halusinasi
taktil atau sentuhan dapat terjadi pula pada gangguan mental organik yang
diakibatkan penyalahgunaan kokain.
Halusinasi dapat timbul pada Skizoprenia
dan pada Psikosa fungsional yang lain, pada sindroma otak organik, epilepsi (
sebagai aura ) nerosa histerik, intoxikasi atropin atau kecubunh, zat
halusinogenik dan pada deprivasi sensorik ( Maramis, 2004 : 120 ).
Halusinasi terjadi karena macam – macam kondisi biologi dan psikologi, misal
kelelahan yang berat dan obat – obatan pireksia dan penyakit otak organik (
Shives, 1998 : 128 ).
Isi halusinasi merupakan tema halusinasi,
termasuk interpretasi pasien terhadap halusinasinya ( mengancam, menyalahkan,
keagamaan, menghinakan, kebesaran, seksual, membesarkan hati, menbujuk atau
yang baik – baik saja ). Keyakinan
tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasinya merupakan kejadian yang benar,
umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu – ragu atau yakin sekali bahwa hal itu benar adanya. ( Maramis,
2004 : 120 ).
Menurut Barbara ( 1997 : 575 ) klien
yang mendengar suara – suara misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain.
Halusinasi yang dialami berupa dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah
laku atau pikiran klien. Suara– suara yang terdengar dapat berupa perintah
untuk bunuh diri atau membunuh orang lain.
Stuart dan Sundeen ( 1998 : 302 )
menyatakan bahwa halusinasi merupakan rentang respon mal adaptif dari respon
neurologis.
Respon Adaptif Respon
mal adaptif
Pikiran logis Pikiran
kadang menyimpang Kelainan pikiran / delusi
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisten - Reaksi
emosiaonal berlebihan -
Ketidakmampuan untuk -
dengan
pengalaman atau kurang mengalami
emosi
Prilaku sesuai Prilaku
ganjil/tak lazim Ketidakteraturan
Hubungan sosial Menarik
diri Isolasi sosial
Rentang respons neurologis ( Stuart &
Sundeen, 1998 : 302 )
Sumber – sumber koping individual pada
klien halusinasi seperti modal inteligensia atau kreatifitas yang tinggi.
Sedangkan sumber koping dari keluarga dapat berupa pengetahuan tentang
penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga , dan kemampuan
untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan. ( Stuart dan Sundeen,
1995 : 312 ). Mekanisme koping klien dengan halusinasi menurut Stuart dan
Sundeen, 1995 : 312 yaitu :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi.
3. Menarik diri.
C. Etiologi
Menurut
Townsend ( 1998 : 156 ), kemungkinan etiologi pada klien dengan halusinasi
adalah :
1. Panik
2. Menarik diri
3. Stres berat yang mengancam ego yang lemah
Faktor pencetus :
1. Biologis
Abnormalitas otak yang
menyebabkan respon neurobiologi yang maladptif yang baru mulai dipahami, yang
termasuk dalam hal ini adalah sebagai berikut :
a. Penelitian pencitraan otak sudah mulai
menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan Skizoprenia.
Lesi pada area kontrol,
temporal dan limbik paling berhubugan dengan prilaku psikotik.
b. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan
Skizoprenia, hasil penelitian menunjukkan bahwa :
-
Dopamin
neurotransmitter yang berlebihan
-
Ketidakseimbangan
antara dopamin dan neurotransmitter lain
-
Masalah
– masalah pada reseptor dopamin.
dari respon metabolik terhadap stres yang menyebabkan
lepasnya neurokimia halusinogenik ( Stuart dan Sundeen, 1991 : 309 ).
2. Psikologis
Teori psikodinamik untuk terjadinya respon
neurobiologik yang maladaptif belum
didukung oleh penelitian. ( Stuart dan Sundeen, 1991 : 309 ).
3.
Sosio Budaya
Stres
yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan Skizoprenia dan gangguan psikotik
lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan. ( Stuart dan Sundeen,
1991 : 310 ).
D. Tanda dan gejala
1. Bicara, senyum / tertawa sendiri.
2. Mengatakan mendengar suara, melihat,
mengecap, menghidu.
3. Merusak diri sendiri / orang lain /
lingkungan.
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan
tidak nyata.
5. Tidak dapat memusatkan perhatian dan
konsentrasi.
6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk
akal.
7. Sikap curiga dan bermusuhan.
8. Ketakutan.
9. Sulit membuat keputusan.
10. Menarik diri, menghindari dari orang lain.
11. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
12. Muka merah kadang pucat.
13. Ekspresi wajah bingung.
14. Tekanan darah naik.
15. Nafas terengah- engah.
16. Nadi cepat.
17. Banyak keringat.
E. Tahapan Intensitas
Halusinasi
Tingkat
intensitas halusinasi ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 328 ) :
Tahap I : Menenangkan –
Ansietas tingkat sedang.
- Tingkat :
Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
- Karakteristik
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan
emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba
untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu
mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan
jika ansietasnya bisa diatasi ( Non Psikotik ).
- Prilaku
klien
a.
Menyeringai
atau tertawa yang tidak sesuai.
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan
suara.
c.
Gerakan
mata yang cepat.
d. Respon verbal yang lamban.
e.
Diam
dan dopenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
Tahap II : Menyalahkan –
Ansietas tingkat berat.
1. Tingkat
Secara
umum halusinasi menjijikkan.
2. Karakteristik
Pengalaman sensori bersifat menjijikkan
dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan
mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan,
individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari
orang lain ( Non Psikotik ).
3. Prilaku
klien
c. Peningkatan sistem saraf otonom yang
menunjukkan ansietas, misal peningkatan tanda – tanda vital.
d. Penyempitan kemampuan konsentrasi.
e. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan
mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realita.
Tahap III : Mengendalikan
– Ansietas tingkat berat
1. Tingkat
Pengalaman
sensori menjadi penguasa
2. Karakteristik
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi
halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir ( Psikotik ).
3. Prilaku klien
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh halusinasinya dari pada menolaknya.
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain.
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit.
d. Gejala fisik ansietas berat ( berkeringat,
tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk ).
Tahap IV : Menaklukkan –
Ansietas tingkat panik
1. Tingkat
Secara
umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
2. Karakteristik
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa
jam atau beberapa hari bila tidak ada intervensi terapeutik ( Psikotik ).
3. Prilaku klien
a. Perilaku menyerang seperti panik.
b. Potensial melakukan bunuh diri.
c. Amuk, agitasi, menarik diri, dan
katakonik.
d. Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.
F. Strategi Merawat Pasien Dengan Halusinasi
Asuhan keperawatan pada klien dengan
halusinasi ditekankan ditekankan agar klien dapat mengontrol halusinasinya,
sehingga klien tidak larut dalam halusinasinya. Tindakan yang sudah lazim yang
dilakukan untuk mengontrol halusinasi adalah dengan cara menghardik halusinasi
jika halusinasi muncul, mengajak ngobrol perawat atau seseorang untuk diajak
ngobrol, menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat dan yang terakhir
adalah teratur mengkonsumsi obat. dapat pula disebutkan sebagai berikut:
1.
Membina hubungan interpersonal,
saling percaya
2.
Mengaji gejala halusinasi
3.
Fokuskan pada gejala dan minta
individu untuk menguraikan apa yang sedang terjadi
4.
Identifikasi kemungkinan pernah
mengunakan obat atau alcohol
5.
Jika ditanya, katakana secara
singkat bahwa anda tidak sedang mengalami stimulasi yang sama
6.
Bantu individu untuk
menguraikan dan membandingkan halusinasi yang sekarang dengan terakhir
dialaminya
7.
Dorong individu untuk mengamati
dan menguraikan pikiran, perasaan dan tindakannya sekarang atau yang lalu
berkaitan dengan halisinasi yang dialami
8.
Bantu individu menguraikan
kebutuhan yang mungkin tercermin pada isi halusinasinya
9.
Bantu individu mengidentifikasi
apakah ada hubungan antara halusinasi dengan kebutuhan yang mungkin tercermin.
10.
Sarankan dan perkuat pengunaan
hubungan interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan
11.
Identifikasi bagaimana gejala
psikologis lain telah mempengaruhi kemampuan individu untuk melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari
G. Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi
Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara
terapeutik sebagai kiatnya. Halusinasi visual msering terjadi pada saat klien
bangun tidur/saat mau tidur, ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan termenung/ melamun. Dalam penataksanaannya
kita mengenal tuk-tuk dalam proses keperawatan klien dengan halusianasi yaitu:
1.
Membina hubungan saling percaya
2.
Menjelaskan pada klen tentang apa yang dia alami
sekarang, jelaskan bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun
sebabnya.
3.
Menjelaskan cara-cara mengatasi halusinasi (mahardik,
nonton tv dan melakukan pekerjaan tertentu yang menyibukkan)
4.
Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang
dialami klien, bagaiamana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga
Menjelaskan pada klien tentang obat
yang diminum baik jenis, dosis, kegunaan maupun efek sampingnya.
G. Cara yang Dapat Dilakukan Untuk Mengusir Halusinasi
Berapa cara yang dapat dilakukan pasien untuk
mengusir halusinasinya antara lain
1.
Mengusir Halusinasi
Yaitu, jika halusinasi datang, bilang dalam hati
“sana pergi….aku tidak mau diganggu”.
- Lapor sama perawat, teman atau
keluerga kalau mendengar suara yang tidak ada wujudnya.
3.
Melakukan kegiatan yang positif.
a.
Membaca. d. Bermain atau ngobrol
b.
Beribadah. e.
Membersihkan ruangan
c.
Tidur. f. Olah raga
- Bilang pada keluarga , perawat atau teman untuk menyapa bila kelihatan bicara sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar